Ekonomi

Ekonom: Zeti Akhtar Aziz Anti Tesis Sri Mulyani

zeti akhtar aziz, sri mulyani indrawati, ekonom sri mulyani, ekonom malaysia, ekonom zeti, ekonom perempuan, ekonom perempuan malaysia, gede sandra, anti tesis sri mulyani, krisis keuangan, doktrin imf, krisis ekonomi, krisis malaysia, ekonomi malaysia, sri mulyani neolib, perekonomian malaysia
Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani Indrawati dan Ekonom kenamaan Malaysia, Zeti Akhtar Aziz. (Foto: Istimewa)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Ekonom & Peneliti Lingkar Studi Perjuangan (LSP) Gede Sandra menilai Zeti Akhtar Aziz adalah seorang ekonom kenamaan Malaysia yang sukses mengeluarkan Negeri Jiran dari krisis keuangan terburuk yang melanda Asia pada tahun 1997-1998 silam. Menurutnya, sosok Zeti Akhtar Aziz merupakan anti tesis Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani Indrawati.

Dikatakan anti tesis Sri Mulyani karena Zeti adalah ekonom perempuan yang memimpin perekonomian Malaysia mengambil jalan yang berbeda dari doktrin IMF. Dan ia berhasil membawa Malaysia melalui krisis ekonomi terburuk dalam sejarah Asia tahun 1997-1998.

“Bila Zeti menolak pendekatan IMF terhadap perekonomian Malaysia, Sri Mulyani sejak dahulu hingga kini masih bangga sebagai promotor IMF di Indonesia,” kata Gede Sandra dalam sebuah catatannya yang dikutip redaksi, Kamis (24/5/2018).

Seperti diketahui, pada krisis keuangan Asia tahun 1997-1998 IMF menginginkan agar negara-negara pasiennya di Asia Tenggara seperti Indonesia dan Thailand, memberlakukan rezim kapital bebas, kurs mata uang mengambang, dan suku bunga tinggi (pengetatan moneter).

Baca Juga:  Layak Dikaji Ulang, Kenaikan HPP GKP Masih Menjepit Petani di Jawa Timur

Baca juga:

Indonesia (Sebenarnya) Sudah Bubar
Negara Indonesia yang Diproklamirkan Bung Karno-Hatta Telah Dibubarkan Lewat Amandemen UUD 1945
Jokowi Dikunjungi Managing Director IMF

“Zeti malah memberlakukan hal sebaliknya di Malaysia. Ia kemudian menerapkan apa yang disebut sebagai rezim kapital terkendali (capital controlled), kurs mata uang tetap (pegged), dan suku bunga rendah. Kendali kapital hanya diberlakukan selama setahun, sementara kurs tetap diterapkan hingga tahun 2005 di Malaysia,” ungkap Gede.

Dia memaparkan Zeti memiliki alasan mengapa ia menolak pendekatan model IMF yang disebutnya ortodoks dan konservatif. “Jawaban Zeti sederhana, untuk mencegah kehancuran (ekonomi),” ujarnya.

Alhasil, dengan pendekatan yang dilakukan Zeti perekonomian Malaysia sukses melewati krisis keuangan Asia pada 1997-1998. “Tanpa tergores sedikitpun,” imbuh Gede.

“Bila Zeti dalam 18 tahun kiprahnya (2 tahun plt Gubernur Bank Sentral & 16 tahun Gubernur Bank Sentral) sukses membawa pendapatan perkapita masyarakat Malaysia mencapai USD 10 ribu di 2020, setara negara maju, Sri Mulyani dalam 8 tahun kiprahnya (5 tahun Menkeu era SBY & 2 tahun Menkeu era Jokowi) dapat membawa pendapatan perkapita masyarakat Indonesia ke USD 10 ribu baru pada tahun 2042 nanti, atau 22 tahun lebih lambat dari Malaysia,” sebutnya.

Baca Juga:  Sekda Nunukan Hadiri Sosialisasi dan Literasi Keuangan Bankaltimtara dan OJK di Krayan

“Bila Zeti berhasil membuat terobosan inklusi finansial dan UU Reformasi Bank Sentral di Malaysia, reformasi yang dilakukan Sri Mulyani di Kementerian Keuangan Indonesia, yang digembar-gemborkan dahulu sejak zaman SBY, telah gagal karena kini pegawai Kemenkeu tetap saja korup,” pungkasnya.

Kini, setelah Najib Razak tumbang digantikan Mahathir Mohamad, Zeti langsung ditunjuk menjadi salah satu dewan pensehat (council of elders) keuangan dan perekonomian Malaysia. Mahathir mengatakan tugas dari dewan adalah mengawasi perekonomian Malaysia yang tengah berjalan agar tetap dalam koridor; memacu pertumbuhan, mengurangi utang, dan bersahabat dengan investasi. (red/ed/nn)

Editor: Gendo Wibisono

Related Posts

1 of 11