Ekonomi

Mengingat Kembali Peran IMF Rusak Ekonomi Indonesia

Ekonom Senior Rizal Ramli saat menjadi narasumber tunggal pada acara Diskusi Rindu Rendra: Rakyat Belum Merdeka di TIM, Jumat (17/8/2018)
Ekonom Senior Rizal Ramli saat menjadi narasumber tunggal pada acara Diskusi Rindu Rendra: Rakyat Belum Merdeka di TIM, Jumat (17/8/2018). (Foto: Dok. NUSANTARANEWS.CO)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Indonesia mengalami krisis ekonomi tahun 1998. Menurut ekonom Rizal Ramli, jika krisis itu ditangani sendiri maka yang tadinya tumbuh rata-rata 6%, ekonomi Indonesia paling akan anjlok 2–0 %. Akan tetapi, karena mengundang IMF, ekonomi Indonesia malah anjlok ke posisi 13%.

Kok IMF malah bikin lebih rusak?

Rizal Ramli disebut satu-satunya ekonom Indonesia yang menolak pinjaman IMF di pertemuan para ekonom di Hotel Borobudur dengan Managing Director IMF Camdesus pada Oktober 1997 sebelum Camdesus bertemu Presiden Soeharto di Istana.

“Ekonomi akan semakin rusak di bawah IMF. Ternyata semuanya terbukti. (Baca pernyataan Rizal Ramli di media-media nasional pada pertengahan Oktober 1997 berjudul IMF Bukan Dewa Penolong, Tapi Dewa Amputasi Berbiaya Mahal,” kata Rizal Rami dikutip dari akun media sosialnya, Selasa (9/10/2018).

Baca juga: Membongkar Teror Krisis 1997 di Indonesia

Dia mengisahkan, keputusan untuk mengundang dan meminjam dari IMF merupakan kesalahan terbesar Widjoyo dan kawan-kawan yang membujuk Presiden Soeharto untuk mengundang IMF. Pasalnya, kata dia, IMF menyarankan berbagai program kebijakan yang tak masuk akal dan malah membuat kondisi ekonomi nasional justru semakin terpuruk.

Dikisahkan, pada Oktober 1996, Rizal Ramli sebagai Chairman Econit Advisory Group mengeluarkan 100-an halaman forecast untuk ekonomi Indonesia ‘1997: The Year of Uncertainty‘. Bahwa ekonomi Indonesia akan mengalami krisis ekonomi 1977-1978.

Baca Juga:  Layak Dikaji Ulang, Kenaikan HPP GKP Masih Menjepit Petani di Jawa Timur

“Tidak ada yang percaya, tetapi ternyata semuanya terjadi,” singkatnya.

Forecast Rizal Ramli pada Oktober 1996 tentang ekonomi 1997 dibantah oleh Depkeu, BI analis-analis asing sebagai mengada-ada dan tidak benar. Bahwa fundamental ekonomi Indonesia kuat. Mereka berbohong didukung oleh pujian-pujian IMF dan Bank Dunia.

Baca juga: Sri Mulyani Akui Ekonomi Indonesia Rentan, Rizal Ramli: Lho Kok Baru Ngaku

Ada tiga point Rizal Ramli : utang swasta, current account defisit, dan overvalued rupiah.

Akhirnya sesuai ramalan Rizal Ramli, terjadi krisis besar 1997/1998. Ekonomi anjlok dari rata 6% ke angka 13% karena salah saran dan kebijakan IMF untuk selamatkan bank-bank, BLBI disuntik $80 miliar, biaya penyelamatan bank terbesar relatif GDP, perusahaan banyak yang bangkrut, penggangguran naik 40%.

“IMF bikin blunder karena menawarkan paket dengan syarat banyak sekali, susah dipenuhi, mengada-ada, pemerintah terpaksa manut. Misalnya, kebijakan likuidasi 16 bank kecil justru hancurkan kepercayaan masyarakat, mereka menarik dana dari bank-bank nasional, banyak bank kolaps,” kisahnya.

Baca Juga:  Bupati Nunukan dan OPD Berburu Takjil di Bazar Ramadhan

Kemudian, pinjaman IMF $35 miliar digembar-gemborkan untuk membantu Indonesia. Semua pejabat, ekonom dan media percaya dengan propaganda ini ternyata dipakai membayar utang swasta Indonesia di bank-bank asing yang belum jatuh tempo.

“Pinjaman IMF itu untuk selamatkan bank-bank asing, bukan menolong rakyat,” cetusnya.

Baca juga: IMF Datang, Nilai Rupiah Pun Terjengkang

Menurut mantan Menteri Kemaritiman ini, jika pinjaman IMF $35 miliar dipakai untuk memompa ekonomi Indonesia, bukan selamatkan bank-bank asing, ekonomi Indonesia dapat tambahan pembiayaan 350 trilliun (kurs Rp10.000/$). Ekonomi Indonesia akan meroket dari -13% 1998 ke atas 8% tahun 1999.

“Rakyat Indonesia dikibuli komprador-komprador dan SPG IMF,” tukasnya.

Selanjutnya, tanggal 1 Mei 1998, IMF membujuk Indonesia untuk menaikkan harga bensin 74% dan minyak tanah 44%. Seminggu sebelumnya, Rizal Ramli diundang Asian Director IMF, Hubert Neiss di Grand Hyatt untuk membujuknya agar mendukung usulan tersebut. Rizal Ramli menolak dan bahkan mengingatkan bisa terjadi kerusuhan. Neiss berkata Dr Ramli, you are aggregating? Dijawab Rizal Ramli, just take a note of what i said!

Berikutnya tanggal 1 Mei 1998, atas bujukan IMF, pemerintah naikkan harga bensin 74% dan minyak tanah 44%. “Tanggal 2 Mei 1998, demonstrasi besar-besaran anti kenaikan BBM di Makassar, tanggaal 4 Mei di Medan, 9 Mei dan seterusnya Solo hancur, Jakarta minggu ke-2 Mei rusuh. Ini apa yang disebut literatur, IMF Provoked Riots,” katanya.

Baca Juga:  Pemkab Pamekasan Gelar Gebyar Bazar Ramadhan Sebagai Penggerak Ekonomi Masyarakat

Malaysia kena krisis 1998 menolak saran IMF atas saran Dr Zeti, Acting Governor Central Bank. Malaysia selamat dari krisis. Ringgit dan ekonomi stabil.

“Presiden Kim Dae Yung, bawa 100 pengutang Korea untuk restrukturisasi utang ke New York. Korea selamat. Indonesia manut IMF, paling hancur,” ungkap Rizal Ramli.

Baca juga: Perbedaan Mencolok Zeti Akthar Aziz dan Sri Mulyani Indrawati

Selama 20 tahun kemudian, kata dia, masih banyak komprador dan SPG IMF di pemerintahan, elit dan media, baik yang paham maupun sekedar speakers.

“Semi krisis hari ini, bisa berkembang dan berujung pada pinjaman IMF lagi, dengan kerusakan lebih dahsyat dari 1998. Belajarlah dari sejarah,” ucapnya.

Dia menambahkan, di Eropa IMF mengeluarkan kebijakan austerity (penghematan) yang membuat bangkrut Yunani, membuat orang-orang Yunani, Spanyol, Portugal dan Italia tiba-tiba menemukan diri mereka jadi gelandangan yang tidur di taman-taman kota karena tak mampu membayar sewa apartemen.

(gd/wbn)

Editor: Gendon Wibisono

Related Posts

1 of 3,163