Tak Cukup Dengan Secangkir Kopi
Tak cukup dengan secangkir kopi
Untuk merenungi bayangan di suatu pagi
Tak cukup beserta kata
Untuk merendam angan jadi makna
Sebab, hanya pagi yang terlalu menjanjikan
Dari awal sunyi yang paling dalam
Akankah rindu selalu berkerontang
Dalam kearifan waktu yang berjalan
Kembalilah pada yang asal,
Asal mula kamu membayang
Maski dengan ketabahan angan
Yang membawa senyuman selalu bersimbang.
Langger tabing, 2018
Persimpangan Rasa
Setelah daun siwalan jatuh
Dan angin mentenunnya jadi seruh
Di sana pula cinta sedang bergemuruh
Dengan tabahanya kemarau yang mulai keruh
Kata demi kata selalu berbahana
Mewartakan angka jiwa yang sebenarnya
Menyamar redup lengkung rasa yang tak terbaca
Pada keyakinan hidup yang semakin berbeda
Hanya aroma kecantikanmu
Yang membawa angin malam bersendiwara
Sementara jiwa dan raga tetap belum bernyawa
Dalam kerumunan angan yang berdosa
Padang imaji, 2018
Di Tubuhmu
Di tubuhmu
Aku belum menemukan
Perbedaan embun dan hujan
Menjelang pagi basah dalam tatapan.
Di tubuhmu
Aku masih belum menemukan
Perbedaan malam dan kelam
Saat tiba-tiba bulan berpelukan dengan awan
Tapi di tubuhmu
Pasti kutemukan mawar
Yang di petik oleh perempuan
Untuk dibiarkan di pinggir ingatan.
Rumah sastra, 2018
Puisi karya, BJ Akid adalah pria kelahiran Pasongsongan Sumenep, Madura. Dia Menulis Puisi Beserta Cerpen. Saat ini masih tercatat sebagai santri Pondok Pesantren Annuqayah. Dan menjadi Ketua Komunitas Laskar Pena PPA Lubtara, Sekaligus Pengamat Litrasi Di Kumunitas Surau Bambu dan SMK Annuqayah.
Simak juga puisi-puisi BJ Akid:
Surat untuk Pingkan
Kepada Najwa
Di Perbatasan Rindu
Aroma Bayang-Bayang di Ujung Sunyi
Riwayat Luka, Martabat Kepergian dan Surat Angan
Perjalanan Rindu dan Rindu ini untuk Ibu
Falsafah Luka dan Rahasia Kebencian
Puisi Rindu
Tujuh Pemuda yang Tertidur di dalam Gua
Pucuk-pucuk Sunyi dan Ayat-ayat Luka
Falsafah Rindu, Hikayat Najwa
Rindu dan Ibadah Sunyi
Mata Bening Najwa
Riak Kebohongan dan Elegi Kebencian untuk Najwa
Mata Doa