Puisi Rindu, karya BJ Akid
Rindu
Sebelum hujan tenggelam pada malam
Dingin selalu menyapaku dengan pelukan
Di mana angin bersiur begitu panjang
Mengutuk rasa dalam kesunyian
Akankah?
Senyuman mengalir di kedalaman sungai
Berhenti di antara norma rindu
Dari yang menunggu hingga yang berlalu
Akupun terdampar di halaman bayangmu
Mencari warna-warna rindu
Rindu di Awal pagi
Demi fajar yang mengawali hari
Dan demi senja yang mengiringi matahari
Sepertinya rindu ini
Telah berawal di tubuhmu
Menyapa musim-muusim hujan
Dengan tatapan tujuh pandangan
Apa? Yang berarti dari angin
Kalau sekali berdiang mengabarkan dingin
Bercerita tentang perempuan
yang tenggelam dalam kesunyian
Serta seorang laki-laki
Yang selalu terdianm di ujung sore
Isyarat Rindu
Kepada bayang-bayang
Yang memanjang di setiap malam
Kutempuh sinar rembulan dari namamu
Yang melafatkan angka rindu
Akankah angin malam itu,
Berasal dari mantramu
Ketika hujan mulai berhenti
Dan baying-bayang dari suluk jalan semakin abdi
Aku tersesat di jalan sendiri
Memilih rinai-rinai pengharapan
Agar penantian,
Tergosip dalam senyuman.
Rindu yang tak berlalu
Aroma rindu yang kau kirimkan
Lewat angin dan hujan
Menyampaikan harum kesejatian
Pada malam yang terdiam
Di sana daun-daun telah menghijau
Mengabarkan ketabahan panjang
Pada awan dan ingatan
Yang tumpah di perantawan
Adapun kesenggangan dan keraguan
Merabat waktu jadi kenyataan
Jalan serupa berliku-liku
Dalam keresahan yang menunggu.
BJ Akid lahir di Pasongsongan Sumenep, Madura. Dia Menulis Puisi Beserta Cerpen. Saat ini masih tercatat sebagai santri Pondok Pesantren Annuqayah. Dan menjadi Ketua Komunitas Laskar Pena PPA Lubtara, Sekaligus Pengamat Litrasi Di Kumunitas Surau Bambu dan SMK Annuqayah.