Budaya / SeniPuisi

Aroma Bayang-Bayang di Ujung Sunyi – Puisi BJ. Akid

Kesunyian (Ilustrasi). Foto: Dok. lgwallpapersfree.com
Kesunyian (Ilustrasi). Foto: Dok. lgwallpapersfree.com

Aroma Bayang-Bayang

 

Selalu kepada malam

Aku mengembarakan angan

Di saat sunyi-sunyi mulai menjelaga

Membawa waktu dan rindu semakin tersa

Aku hanya bisa menghiasi kenyataan

Dengan berbagai harap yang tak pernah sampai

 

Sementara dibalik perih duka

Embun menjatuhkan perasangka

Pada rupa-rupa dan daun-daun

Menjelang subuh mulai rabun

 

Jika di saat yang lain

Kita sempat meniup sinnar lilin

Maka kepada siapa?, Angan akan berakhir

Sementara rindu pada bayang selalu terpilin.

 

Geddung kona, 2018

 

Warta di Bulan November

 

Aku berlari dari angin penghabisan

Sebelum november kekal pada hujan

Debu-debu penghias ingatan

Tumpah dalam doa perjalanan

 

Sepertinya buakan terotoar yang sunyi

Adapun sungai dan cinta tidak lagi menari

Sebab warta pada tiupan angin pertama

Telah menyisakan beribu makna.

 

Anggia…

Jangan lukai tanah yang berada dalam nasibku

Sebab keranggasan musim kemarau masih kurindu

Melebihi rindu puisi pada suasana yang tak tentu.

Baca Juga:  Sekjen PERATIN Apresiasi RKFZ Koleksi Beragam Budaya Nusantara

 

Bukankah engkau pernah datang,

Merenungi angin november yang berhembusan

Lalu membayang di ujung daun yang berguguran,

Sebelum bahana alasan bergaung dalam keputusan.

 

Geddung kona, 2018

 

Di Ujung Sunyi

 

Dari kedatangan malam

Rambut waktu telah terurai

Mengutuk beribu nasib

Dalam ruang sebelum terarsib

 

Angin kebayang menyampaikan kebisuan

Pada ladang-ladang susah yang kesepian

Aku tak lagi bisa merana

Kecuali bercerita pada sunyi yang mempesona

 

Sementara sinar rembulan

Masih setia memantulkan keindahan

Pada daun-daun kering

Sebelum jatuh dari ranting

 

Anggia…

Sunyi ini terlalu indah dalam pangkuanmu

Marayu di malam-malam pandanganku

Seperti keindahan rindu

Yang menunggu waktu menjadi batu.

 

Geddung kona, 2018

BJ. AKID, Lahir Di Pasongsongan Sumenep, Madura, Ia Menulis Puisi Beserta Cerpen. Saat Ini Masih Tercatat Sebagai Santri Pondok Pesantren Annuqayah. Dan Menjadi Ketua Komunitas Laskar Pena PPA Lubtara, Sekaligus Pengamat Litrasi Di Kumunitas Surau Bambu Dan SMK Annuqayah.

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected]

Baca: 10 Hal Yang Harus Diketahui Sebelum Kirim Tulisan ke Nusantaranews.co

Related Posts

1 of 3,189