NUSANTARANEWS.CO, Kuala Lumpur – Kebijakan Uni Eropa yang membatasi impor komoditas kelapa sawit menjadi pukulan keras bagi Malaysia. Pasalnya, Negeri Jiran merupakan negara penghasil minyak sawit nomor dua di dunia.
Tak hanya Malaysia, Perancis juga berpotensi terkena imbas kerugian besar akibat pembatasan impor sawit dari Negeri Jiran tersebut.
Malaysia dan Perancis awalnya telah merancang kesepakatan untuk pembelian jet tempur Rafale sebanyak 18 unit dalam sebuah kesepakatan yang berpotensi bernilai lebih dari 2 miliar dolar. Reuters menyebut, rencana kerja sama kedua negara untuk pembelian Rafale terancam gagal setelah anggota parlemen Uni Eropa mendorong untuk berhenti menggunakan minyak kelapa sawit sebagai bahan bakar motor.
Rencana pembelian 18 unit Rafale telah dibicarakan Malaysia dan Perancis pada Maret 2017 lalu saat Perdana Menteri Najib Razak dan Francois Hollande mengadakan sebuah diskusi mengenai rencana pembelian Rafale.
Menteri Pertahanan Malaysia Hishamuddin Hussein meminta Uni Eropa berpikir ulang dan mempertimbangkan kebijakan yang bisa merugikan Malaysia dan Perancis tersebut. “Mereka harus mempertimbangkannya,” Hishamuddin.
Malaysia diketahui tengah berupaya keras melakukan modernisasi alutsistanya untuk mengamankan wilayah udara negara tentangga Indonesia tersebut. Pengadaan jet tempur canggih sudah mendesak bagi Malaysia guna meningkatkan kemampuan pengawasan udara dalam menghadapi ancaman meningkatnya aksi militansi ISIS.
Negara pemegang perekonomian terbesar ketiga di Asia Tenggara tersebut selama beberapa tahun telah menimbang-nimbang manfaat Rafale produk Dassault Aviation SA, Perancis dan Eurofighter Typhoon produk BAE System, Inggris. Malaysia kemudian diketahui menjatuhkan pilihannya kepada Rafale untuk menggantikan jet tempur MiG-29 Rusia yang dianggap sudah menua.
Dampak lain dari dibatasinya impor komoditas kelapa sawit oleh Uni Eropa ialah mengancam pasar potensialnya di kawasan Asia. Sebab, jika kontrak kerja sama kedua negara telah diteken, maka Perancis berarti berhasil memenangkan salah satu kesepakatan jet tempur terbesarnya di kawasan Asia.
“Seperti anda ketahui, jet tempur Prancis, Rafale juga bersaing dengan pesawat buatan Inggris yang telah meninggalkan Uni Eropa (Brexit),” kata Hishamuddin.
Jika Uni Eropa menerapkan kebijakan pembatasan impor kelapa sawit tersebut, Malaysia terancam kehilangan sekitar 500 juta dolar pendapatan tahunnya. (red)
Editor: Eriec Dieda