Berita UtamaRubrikaTerbaru

Relasi Budaya Pop dan Creative Hub

Relasi Budaya Pop dan Creative Hub

Pagi itu, Roni yang masih kuliah di sebuah perguruan tinggi swasta di jakarta, bersiap siap berkeliling Jakarta. “Hari ini saya ingin melihat lihat beberapa lokasi creative hub. Siapa tahu ada yang cocok untuk disewa,” ujar Roni, kreator konten yang lagi naik daun.
Oleh: Aslamuddin Lasawedy

 

Pilihan Roni beraktivitas di creative hub bukan tanpa alasan.  Fenomena creative hub yang lagi trend di sejumlah kota besar di Indonesia, menurut Roni, adalah tempat yang tepat baginya untuk berkreasi, mengembangkan ide, dan membangun jejaring bisnis kreatifnya. Sebuah tempat berkolaborasi yang menjadi pusat inovasi, yang mempertemukan berbagai pelaku ekonomi kreatif. Disinilah para musisi, desainer, seniman, kreator konten, serta pekerja kreatif lainnya bertukar ide, berbagi pengalaman, dan berkolaborasi. Di ruang creative hub inilah, cakrawala kreatifitas pelaku industri kreatif makin meluas. Sehingga karya karya mereka menjadi begitu variatif dan inovatif.

Creative hub dapat berupa ruang fisik atau virtual yang terbagi dalam tiga kategori, yaitu creative space, coworking space, dan makerspace. Creative space diprakarsai dan dijalankan oleh komunitas kreatif atau individu pelaku ekonomi kreatif. Tujuannya menyediakan ruang fisik untuk berproduksi, memamerkan, serta menyimpan karya seni. Contoh creative space adalah Bandung Creative City Forum (BCCF) yang memiliki komunitas kreatif terbesar. BCCF didirikan pada tahun 2008 oleh 50 komunitas (organisasi) kreatif independen. Misinya menjadikan Bandung sebagai kota terdepan dalam kreatifitas.

Baca Juga:  Baru Setahun Berdiri, PERATIN Mantapkan Eksistensi dan Siap Berkolaborasi

Coworking space, menyediakan ruang fisik kerja kreatif, sekaligus menjadi wadah startup atau individu untuk mencari peluang berkolaborasi dan berproduksi bersama. Sejumlah startup skala global berawal dari coworking space sebut saja Instagram dan Uber, yang memunculkan tren baru berbisnis di dunia. Dampak ekonominya terasa di beragam aspek kehidupan.

Makerspace menyediakan ruang dengan peralatan khusus untuk produksi dan prototipe. Fasilitas ruangnya biasanya memiliki area kerja kreatif yang luas. Fokusnya pada hasil akhir berupa produk jadi. Contoh makerspace yang beroperasi di Jakarta adalah Makedonia makerspace, yang beroperasi berdasarkan prinsip sukarela dan berbasis komunitas. Makedonia berfungsi sebagai prototyping lab dan hub inovasi yang memfasiltasi sarana bagi siapa saja yang ingin belajar dan membuat perangkat keras inovatif.

Ceative hub sejatinya adalah pusat di mana budaya pop lahir, bertumbuh, berinovasi, dan bereksperimen. Budaya pop mempopulerkan karya dari hub kreatif. Sementara creative hub terus memperkaya budaya pop dengan ide-ide baru, yang banyak melahirkan tren budaya pop.

Baca Juga:  Menakar Efektivitas Konser Musik dalam Kampanye Politik Lokal

Sebagai inkubator ide, creative hub berperan  memfasilitasi kerja lintas sektor meliputi seni, teknologi, dan bisnis kreatif. Tak heran, muncul banyak gerakan budaya pop modern yang berasal dari komunitas di creative hub, seperti seni jalanan yang berkembang di kawasan kreatif urban. Ini menjadi tren budaya pop baru, seperti kolaborasi antara musik dan teknologi dalam bentuk konser virtual atau NFT untuk karya seni.

Creative hub juga merupakan ruang ekspresi Identitas budaya subkultur yang kemudian menjadi arus utama (main stream) budaya pop. Di ruang creative hub inilah, individu atau kelompok bisa mengeksplorasi ide-ide baru melampaui batas-batas norma budaya yang ada. Ini memungkinkan budaya alternatif tumbuh dan berkembang luas, semisal komunitas hip-hop, punk, atau streetwear.

Akselerasi teknologi dan media sosial dalam ekosistem creative hub, mempercepat laju distribusi budaya pop. Tren dari budaya pop seperti meme, video yang viral atau kolaborasi brand, kerap muncul dari karya-karya di ruang creative hub, yang kemudian menyebar luas melalui media sosial.

Baca Juga:  Gegara Budaya Pop, Kampanye Konvensional Mulai Ditinggalkan

Budaya pop yang dihasilkan  creative hub mendorong tumbuh kembangnya ekosistem ekonomi kreatif di daerah tertentu. Seperti yang terlihat di kota-kota yang ekosistem kreatifnya sangat kuat. Misalnya, Bandung di Indonesia, atau Brooklyn di New York. Ini menarik perhatian wisatawan untuk berkunjung, sekaligus memperkuat identitas kota dan meningkatkan perekonomian lokal.

Secara keseluruhan, Creative hub dan budaya pop berkaitan erat dan berperan memproduksi, menyebarkan, dan mengembangkan gagasan, tren, serta ekspresi kreatif yang berpengaruh di publik. Dengan hadirnya creative hub, diharapkan dapat memotivasi pelaku industri kreatif membangun merek dan memajukan bisnis kreatifnya. Ini bukan saja berdampak positif pada bisnis kreatif individu, pun meningkatkan pertumbuhan ekonomi kreatif secara keseluruhan. (*)

Penulis: Aslamuddin Lasawedy, Pemerhati masalah budaya dan Politik

Related Posts

1 of 7