NUSANTARANEWS.CO, Tokyo – Kementerian Pertahanan Jepang meminta anggaran sebesar 160 juta dolar untuk mengembangkan rudal jarak jauh yang memiliki kecepatan dan canggih guna memperkuat militernya di Asia Timur, terutama menghadapi saingan kekuatan China dan Korea Utara.
Usulan anggaran Jepang itu menjadi rekor tertinggi, naik 2,5 persen hanya untuk belanja peralatan pertahanan menjadi 5,26 triliun yen atau 48 miliar dolar. Jika disetujui, kenaikan anggaran pertahanan Jepang ini akan menjadi kenaikan keenam kalinya semasa kepemimpinan Perdana Menteri Shinzo Abe yang sejak awal ingin memperkuat militer Jepang.
Baca: Di Balik Uji Coba Rudal Balistik Korea Utara
Dilansir Reuters, dana yang diusulkan tersebut akan digunakan untuk upgrade pertahanan rudal balistik, enam pesawat tempur siluman F-35, empat kapal selam rotor V-22 Osprey, kapal angkatan laut terbaru, kapal selam serta dua kapal perang.
Rencananya, 90 juta dolar dari 160 juta dolar anggaran akan digunakan untuk pengembangan rudal, terutama rudal hipersonik. Sedangkan sisanya untuk keperluan penelitian tentang perluasan jangkauan rudal, teknologi canggih yang memungkinkan untuk membantu pengembangan senjata pecegat rudal balistik.
Baca: Malaysia Luncurkan Kapal Tempur Littoral Pertama
China terus memperkuat militernya dengan cara meningkatkan anggaran pertahanan mencapai 7 persen atau menjadi 1.044 triliun yuan atau setara 141,43 miliar dolar. Setidaknya ada dua sektor yang tengah dikembangkan militer China yakni armada pertahanan maritim dan armada pertahanan udara.
Sementara itu Korea Utara terus mengembangkan rudal balistik dan senjata nuklirnya. Pyongyang sudah berkali-kali melakukan serangkaian uji coba rudal balistik hingga rudal nuklir antar-benua (ICBM). Kim Jong-un tidak peduli dengan cercaan dan kecaman internasional, yang penting pengembangan rudal nuklirnya berjalan sukses.
Baca: India Tambah Jet Tempur Multirole Dassault Rafale
Agresifitas China dan Korea Utara mengembangkan pertahanannya telah menginspirasi sejumlah negara lainnya. Rusia segera memproduksi jet tempur serbaguna generasi kelima T-50. kini Su-57 menjelma menjadi sebuah pesawat tempur siluman multiguna mutakhir, terutama berkat bahan komposit yang melapisi badannya serta mesin baru tahap kedua yang lebih canggih sehingga memungkinkan Su-57 melakukan akselerasi kecepatan supersonik tanpa perlu pembakaran lebih lanjut (afterburner) guna mempertahankan kecepatan terbang. Dengan kemampuan siluman yang dimilikinya, Su-57 dapat menyelinap hingga jauh ke belakang garis lawan. Dan ke depannya, Su-57 diproyeksikan akan menggantikan seluruh pesawat tempur jenis Su-27 dan MiG-31 versi upgrade.
Simak:
India Tambah Jet Tempur Multirole Dassault Rafale
Malaysia Luncurkan Kapal Tempur Littoral Pertama
MiG-41 Sang Penjaga Langit Rusia Masa Depan
Beli 17 Buah, Israel Tandatangani Pembelian F-35 Tambahan
Sudah Tua, AS Upgrade Nuklir Minuteman III
Di Balik Pembelian S-400 Rusia Oleh Turki
Bomber Tu-160M2 Rusia Mampu Terbang Hingga Stratosfer
Misi Kelima Penuh Rahasia X-37B di Orbit Bumi
Rusia Segera Produksi Masal Pesawat Tempur Siluman Su-57
Thailand Upgrade Pesawat Tempur F-5E Menjadi Super Tiger Setara Generasi 4.5
Indonesia baru-baru ini mendatangkan pesawat tempur SUkhoi Su-35 dari Rusia. Selain itu, teranyar Indonesia baru saja mendatangkan kapal selam Nagapasa-403 dari Korea Selatan. Kapal selam ini menjadi yang ketiga dalam armada TNI setelah KRI Cakra 401 dan KRI Nanggala.
Begitu pula India. Angkatan Udara India (IAF) memesan 36 jet tempur generasi keempat, Multirole Dassault Rafale dari perusahaan Perancis, Dassault Aviation. Sebelumnya India sudah membeli 6 unit Helikopter Ah-64 Apache buatan AS versi terbaru. Malaysia meluncurkan kapal tempur Littoral (LCS) untuk angkatan lautnya atau Tentera Laut Diraja Malaysia (TLDM).
Tak kalah Israel juga membeli 50 buah jet tempur F-35 dan baru saja menandatangani sebuah kesepakatan untuk membeli 17 jet tempur F-35 tambahan dari kesepakatan pembelian berjumlah 50 pesawat. Turki juga begitu, perundingan Rusia-Turki menghasilkan pembelian sistem S-400. Pembelian sistem pertahanan S-400 Rusia oleh Turki, boleh dikatakan merupakan puncak kerja sama dalam bidang pertahanan kedua negara. Banyak kalangan menganggap bahwa penjualan sistem rudal S-400 Rusia ke Turki adalah sebagai permainan kedua negara untuk mempengaruhi perimbangan kekuatan regional dan global. Sebagai informasi sistem rudal S-400 dengan sandi NATO SA-21, memang memiliki daya jangkau lebih jauh dari sistem rudal MIM-104 Patriot milik NATO.
Iran terus mematangkan pesawat nir awak (drone) milik militernya. Pesawat nir awak yang diberinama Sadegh itu telah berkali-kali dilakukan uji coba. Uji coba terakhir Sadegh nyaris menambrak pesawat Angkatan Laut AS Super Hornet F/A-18 di langit Teluk Persia.
Artinya, perkembangan mutakhir alutsista telah meningkat tajam di sejumlah negara. Kesemuanya beralasan untuk menjaga kedaulatan negaranya masing-masing.
Namun begitu, Jepang harus menghadapi stigma negatif internasional terhadap pengembangan senjata rudal balistik. Sesuai dengan konsesus internasional, sejumlah negara yang tergabung dalam Perjanjian Nonproliferasi Nuklir dan SEANWFZ masih sensitif terhadap pengembangan rudal meski cenderung diam ketika menyaksikan ulah provokatif nyata Pyongyang, terutama SEANWFZ.
“Terlepas apapun alasannya, pengeluaran anggaran pertahanan Jepang meningkat setiap tahun dan telah mencapai tingkat historis baru. Kami menyampaikan keprihatinan tentang ini,” kaya juru bicara Kemenlu China, Hua Chunying.
Hua menegaskan, Jepang sangat konsisten meningkatkan pengeluaran anggaran pertahanannya karena menilai China sebagai ancaman. Hua pun mendesak Jepang untuk mempelajari sejarah dan memperhatikan masalah keamanan tetangganya.
Jika dicermati, pernyataan China ini justru berlawanan dengan perkembangan terbaru Korea Utara. Padahal, sesuai amanat DK PBB, China punya tugas besar menekan Korea Utara untuk menghentikan pengembangan rudal nuklir atau setidaknya menghentikan aksi uji coba rudal balistik di mana yang terbaru berhasil memprovokasi Jepang karena terbang di atas langit pulau Hokkaido, Utara Jepang sebelum akhirnya terjun bebas di Samudra Pasifik.
Atas insiden itu, anggota parlemen Partai Liberal Demokratik (LDP) Jepang mengatakan militernya memang membutuhkan senjata yang mampu menyerang lokasi peluncuran rudal Korea Utara sehingga dapat mencegah serangan Pyongyang.
Sekadar informasi, rudal jarak jauh di gudang senjata Jepang mencakup pesawat anti-pesawat terbang dan anti-kapal yang memiliki jarak tempuh kurang dari 300 kilometer. (ed)
(Editor: Eriec Dieda)