HankamMancanegara

Di Balik Pembelian S-400 Rusia Oleh Turki

Sistem pertahanan udara terpadu Rusia atau Anti-aircraft defense system S-400 Triumph of an air defense. (Foto: Sputnik/Sergey Malgavko)Anti-aircraft defense system S-400 Triumph of an air defense
Sistem pertahanan udara terpadu Rusia atau Anti-aircraft defense system S-400 Triumph of an air defense. (Foto: Sputnik/Sergey Malgavko)Anti-aircraft defense system S-400 Triumph of an air defense

NUSANTARANEWS.CO – Memasuki abad 21, ditengah situasi batas yang penuh kegamangan sebagai transisi menuju zaman baru – Rusia kembali tampil menjadi aktor utama dalam penjualan alutsista ke mancanegara. Bukan saja ke pasar tradional yang telah hilang setelah jatuhnya Uni Soviet, bahkan kini menerobos ke pasar yang selama ini dikuasai oleh barat. Alutsista produk Rusia memiliki keunggulan komparatif terkait harga dan teknologi yang ditawarkan.

Dalam satu dekade terakhir, Rusia berhasil menjual produk alutsistanya ke lebih dari 60 negara dunia secara signifikan, menggeser Perancis, Jerman dan Inggris. Di samping itu, Rusia juga berusaha memperluas kerjasama internasional di bidang keamanan, militer dan teknis.

Belakangan sejak ‘musim semi Arab’ melanda kawasan Timur Tengah, banyak negara yang ingin memperbaiki hubungan dengan Rusia, dan membeli senjata negara tersebut. Irak dan Iran merupakan dua negara yang belakangan mulai banyak membeli alutsista dari Rusia.

Misalnya Turki yang selama ini berada di bawah komando NATO, sekarang tiba-tiba tertarik ingin membeli sistem pertahanan udara S-400 Rusia. Jelas di sini tercium aroma politik di balik rencana pembelian senjata tersebut.

Baca Juga:  Rezim Kiev Terus Mempromosikan Teror Nuklir

Seperti diketahui, perundingan Rusia-Turki mengenai rencana pembelian sistem S-400 telah terjadi sejak 2016. Sergei Chemezov, CEO Rostec Corporation Rusia, mengabarkan bahwa Ankara siap membeli sistem tersebut dengan skema kredit yang diberikan oleh Moskow. Pada akhir Juli, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan bahwa Ankara dan Moskow telah menandatangani sebuah dokumen mengenai pembelian sistem rudal S-400.

Pembelian sistem pertahanan S-400 Rusia oleh Turki, boleh dikatakan merupakan puncak kerja sama dalam bidang pertahanan kedua negara. Banyak kalangan menganggap bahwa penjualan sistem rudal S-400 Rusia ke Turki adalah sebagai permainan kedua negara untuk mempengaruhi perimbangan kekuatan regional dan global. Sebagai informasi sistem rudal S-400 dengan sandi NATO SA-21, memang memiliki daya jangkau lebih jauh dari sistem rudal MIM-104 Patriot milik NATO.

Dengan masuknya alutsista Rusia ke dalam sistem pertahanan Turki, jelas Rusia menginginkan agar Turki menjauh dari NATO, dan secara bertahap mengajak Turki untuk meningkatkan kerjasama strategis dalam bidang ekonomi dan energi yang lebih luas. Paling tidak, dengan langkah kuda ini Rusia telah menempatkan posisinya semakin kuat di kawasan regional.

Baca Juga:  Drone AS Tidak Berguna di Ukraina

Sementara Turki dapat menggunakan pembelian alutsista tersebut sebagai alat transaksi dengan barat, paling tidak Turki dapat memainkan kartu Rusia dalam hubungannya dengan AS dan Uni Eropa guna memenuhi kebutuhan ekonomi dan pertahanannya. Betapapun sekarang langkah awal telah diambil untuk menguji kerjasama strategis antara Turki dan Rusia. Kerjasama strategis kedua negara ini bila diperluas dengan Iran jelas memiliki dampak yang sangat signifikan terhadap perimbangan kekuatan regional dan global di tengah melemahnya Pax Americana.

Meningkatnya hubungan bilateral Turki dan Rusia tampaknya tidak terlalu menimbulkan reaksi yang berlebihan dari pihak barat. Berbeda ketika Turki mencoba menjalin hubungan kerjasama militer dan ekonomi dengan Cina senilai US$ 3,4 miliar, Uni Eropa segera bereaksi membujuk Turki untuk membatalkan kerjasama dengan Cina tersebut

Meski hubungan Turki dengan Uni Eropa dan Amerika Serikat terus berlanjut, namun terkesan dingin. Apalagi setelah operasi militer Turki terhadap para pendukung kelompok Gulen yang dituduh terlibat dalam kudeta militer gagal di negara itu dan operasi aparat keamanan Turki menumpas Partai Buruh Kurdistan (PKK) semakin memperburuk hubungan kedua pihak sehingga semakin mendekatkan Turki dan Rusia. (Banyu)

Related Posts

1 of 92