NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Amnesty International menyebutkan bahwa dalam tiga tahun terakhir sudah ratusan ribu korban telah berjatuhan di Yaman akibat perang yang dilancarkan koalisi Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA). Namun, masih ada lebih dari 22 rakyat Yaman yang berjuang untuk bertahan hidup di bawah serangan udara dan tembakan senjata.
“Foto anak-anak Yaman yang kelaparan telah membanjiri jurnal dan laporan kami di mana-mana, tapi sebagian besar orang merasa tak berdaya untuk membantu mereka. Sebenarnya, anda tidak perlu merasa tak berdaya,” kata Deputy Regional Director Middle East and North Africa Regional Office, Samah Hadid melalui keterangan tertulis yang diterima redaksi, Jakarta, Senin (26/11/2018).
Baca juga: Amnesty International: Kejahatan Kemanusiaan di Dunia Semakin Mengerikan
Baca juga: Koalisi Pimpinan Arab Saudi Masuk Daftar Hitam PBB Selama Perang di Yaman
Baca juga: Menonton Pemusnahan Negeri Yaman Oleh Arab Saudi
Samah mengatakan banyak negara di dunia yang mulai menolak untuk menjual senjata mereka kepada koalisi pimpinan Saudi dan UEA. Di antaranya Jerman, Belanda dan Norwegia.
“Namun, 5 eksportir senjata yang masih memasok ke Saudi dan UEA ialah AS, Inggris, Perancis, Spanyol, Kanada dan masih banyak negara lainnya,” ujar Samah.
Baca juga: Warga Perancis Mendesak Pemerintah Menghentikan Penjualan Senjata ke Arab Saudi dan UEA
Baca juga: UEA Terlibat Perang di Yaman, Norwegia: Kami Hentikan Ekspor Senjata dan Amunisi
Melihat penderitaan yang dialami rakyat Yaman, terutama anak-anak yang menjadi korban perang, Samah menyerukan kepada negara-negara yang masih mengirim senjata kepada pasukan koalisi pimpinan Saudi dan UEA untuk segera dihentikan.
“Saatnya menyerukan diakhirinya pengiriman senjata yang digunakan untuk memicu krisis di Yaman,” serunya.
Baca juga: Jual Beli Jet Tempur Eurofighter Typhoon Antara Inggris dan Arab Saudi Kontroversial
“Kita mampu menekan negara-negara yang masih memasok senjata tersebut untuk menghentikannya guna mengurangi pelanggaran dan penderitaan warga sipil serta mendorong tekanan kepada koalisi bahwa pelanggaran selanjutnya tidak akan ditoleransi,” pungkasnya.
Baca juga: Ibarat Quick Count, Media Mainstream Barat Telah Menjadi Referensi Pembenaran Kejahatan Perang Yaman
(bya/alme)
Editor: Almeiji Santoso
Baca juga: Houthi Mampu Melawan Serangan Brutal Pasukan Koalisi Pimpinan Arab Saudi
Baca juga: Yaman Negara Kaya Sumber Daya Alam Yang Bikin Iri Arab Saudi