NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Fenomena tagar #2019GantiPresiden kini mewarnai masyarakat nelayan Lobster. Buktinya, koordinator nelayan Lobster Lombok, Tanggerang, Sumbawa, Aceh, Bali, Sukabumi, Cidaon Cianjur, dan Jakarta terlibat dalam gerakan ini. Yang fasilitasi gerakan ini adalah saudara Muhammad Ilham Taufik berdomisili di Jakarta Utara. Bertemu di JCC Jakarta.
Ilham, menjabat Ketua Umum Aliansi Nelayan Lobster, terpilih secara aklamasi setelah organisasi itu dibentuk pada tahun 2017 akhir. Yang di lahirkan melalui rapat terbatas Front Nelayan Indonesia bersama nelayan Lobster di Pandeglang Banten dan Mataram NTB.
Baca Juga:
- Kartel Lobster dan Garam, Satu Keinginan Pertahankan Kekuasaan
- NTB Tanah Lobster
- Susi Pudjiastuti dan Kegetiran Para Nelayan Lobster
- Permen Dinilai Melanggar HAM, Nelayan Lobster Lawan Menteri Susi
- Nelayan Sebut Menteri Susi Gagal Paham Soal Budidaya Lobster
Saya sendiri mengetahuinya, setelah tadi malam, Ilham meminta bertemu dan ingin berdiskusi tentang perlunya penyelamatan nelayan Lobster yang selama 4 tahun ini mengalami kanalisasi: penangkapan, pengadilan, diadili, disita, dan lahan empuk sumber pemerasan.
Dengan segala bentuk kanalisasi itu, rupanya nelayan Lobster ingin ikut berjuang untuk #2019PresidenBaru. Mengapa mereka harus bergerak?, saya bertanya kepada Ilham dkk, jawaban mereka hanya singkat “Kami Ingin Bebas Dari Ketertindasan Negara dan pemerintahan sekarang”. Memang, itu harapan dan cita-cita mereka ingin bebas dari rasa tertindas.
Mereka mengeluhkan kebijakan pemerintah dan tekanan yang selama 4 tahun ini terus membuat mereka kembali miskin, dipenjara, dan diperas. Bagi penulis, itu merupakan kekesalan Nelayan dan Petani Lobster terhadap rezim ini. Karena mereka tak pernah aman, nyaman dan damai dalam proses mencari rejeki-nya baik dalam kontek tangkap lobster di laut maupun budidaya serta pebisnis Lobster.
Bagi mereka, pemerintahan Jokowi dan proses pencapresannya pada 2019 nanti sudah dianggap selesai. Mereka bergerak menggalang kekuatan untuk agenda #2019GantiPresiden. Bayangkan, Nelayan dan Petani Lobster berada di garis terdepan karena mereka bermukim di lepas pesisir pantai dan pedesaan paling pinggir. Jadi mobilisasi kekuatan dalam konteks agenda #2019GantiPresiden sangat mungkin kompak dan seirama.
Dalam konteks pergerakan, nelayan dan petani Lobster memang dikenal Pasif dan tak dominan dalam perjuangkan haknya. Namun, dinamika dibawah sangat berkecamuk dan kemungkinan Jokowi rontok suaranya pemilihnya di wilayah pesisir.
Tingkat kekuatan nelayan dan petani Lobster ini sulit di identifikasi bagi yang belum mengetahui model dan metodologi gerakannya. Mereka tidak membentuk pergerakan kelompok dan muncul untuk menekan pemerintah. Tetapi mereka terkoordinasi secara terstruktur baik personal, kelompok dan paguyuban.
Komponen mereka terdiri dari nelayan penangkap lobster, pengepul, agen pengepul, pengusaha, dan investor. Itu komponen mereka, semua ini bergerak secara bergantian dan sesuai instruksi. Mereka juga satu komando. Dengan kekuatan ini, perkiraan mereka, Jokowi bisa dikalahkan pada 2019 oleh Presiden Baru.
Mereka (Ilham dkk), katakan kepada saya bahwa infrastruktur propagabda dan agitasi sangat luas dan akan mungkin Jokowi di gulung (dikalahkan) pada 2019 mendatang. Tentu mereka secara diam-diam akan melakukan konsolidasi tanpa harus riuh di publik dengan pemberitaan macam-macam sesuai karakter gerakan nelayan dan petani Lobster selama ini. Semoga kedepan mereka bisa meraih tujuan dan cita-citanya di tahun #2019GantiPresiden.[]
Penulis: Rusdianto Samawa, Ketua Umum Front Nelayan Indonesia (FNI)