NUSANTARANEWS.CO – Agung Wibawa namanya, Pustakawan terbaik tingkat DIY dalam pemilihan Pustakawan berprestasi yang diselenggarakan oleh Perpustakaan Nasional RI dengan Badan Perpustakaan Dan Arsip Daerah (BPAD) DIY. Agung Wibawa adalah Pustakawan ahli muda di Kantor Perpustakaan Dan Arsip Daerah (KPAD) Gunungkidul.
Sesaat sebelum dinobatkan pustawakan terbaik tingkat nasional, ia pernah mengatakan telah mengikuti serangkaian uji kompetensi, dimulai dari penilaian berkas, kemudian uji tes tertulis, tes wawancara dan terakhir presentasi. Dan sebagai ketua Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) Gunungkidul, Agung juga telah banyak melakukan kegiatan-kegiatan inovatif bersama KPAD dalam melakukan advokasi ke masyarakat bahwa perpustakaan tidak hanya sekedar tempat membaca.
Menurut Pria kelahiran Gunung Kidul itu, perpustakaan juga tempat untuk berkreasi dan melakukan ketiatan yang produktif. Artinya, pustakawan juga cermat dan cerdas dalam menpraktekkan hasil belajar. Sehingga berdampak terhadap peningkatan taraf hidupnya. Itulah hal yang paling penting bagi Agung.
Sebagai seorang pustakawan, ia memiliki jiwa sosial yang tinggi. Dengan tujuan memberi manfaat bagi lingkungan, sebagai pustakawan, ia senantiasa berupaya untuk dapat dekat dengan masyarakat. Artinya benar-benar menyatu bukan sekedar teoritis tetapi praktek memfasilitasi kebutuhan masyarakat.
Dengan kesadaran yang dibarengi dengan perjuangan, Agung ternyata sudah pernah melatih 78 perpustakaan di Indonesia. Bahkan yang mencengangkan adalah melakukan Advokasi kepada 98 Bupati dari berbagai wilayah di Indonesia. Khusus di daerahnya, di Gunungkidul, Agung setia membina sekolah-sekolah, membentuk dan melatih 14 perpustakaan desa.
Selain itu, lulusan S1 Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga ini juga sering menjadi nara sumber diklat dan bimtek terkait materi perpustakaan, selain itu disela kesibukannya di KPAD ia juga mengampu 15 mata kuliah di Universitas Terbuka (UT) jurusan perpustakaan.
Atas apa yang diraihnya, Administrator Jogja Library for All (JLA) Yogyakarta ini tetap komitmen untuk terus menginisiasi pembuatan gardu ronda di wilayah dusun-dusun menjadi gardu pintar. Sebuah gardu dengan berbagai koleksi buku bacaan dan penuh dengan kegiatan positif.
Belajar pada Agung, di hari Aksara Internasional ke-51 pada 8 September 2016 dan dalam rangka menyambut Hari Kunjung Perpustakaan pada tanggal 14 September mendatang, kita semua semestinya mengambil spirit dan semangat dari langkah-langkah kongkret yang dilakukan Agung. Kerja keras bagi seorang Agung dalam mendekatkan buku-buku kepada masyarakat, adalah pekerjaan yang mulia. Apalagi, Agung juga mampu untuk menunjukkan dampak positif di bidang materi.
Penobatan sebagai Pustakwan terbaik nasional 2016 merupakan bukti bahwa Agung benar-benar tulus melakukan kerja-kerja literasi atau keberaksaraan untuk masyarakat luas. Dimana hal itu tidak hanya dilakukan di daerahnya sendiri di Gunungkidul, tetapi juga di berbagai daerah di Indonesia.
Hal menarik dari Agung adalah prinsipnya, bahwa perpustakaan bukan hanya tempat untuk membaca tetapi juga bisa untuk berwirausaha. Dimana hal itu senada dengan tema nasional di Hari Akrasa Internsioal yaitu “Penguatan Literasi dan Vokasi dalam Membangun Ekonomi Berkelanjutan”. Tema tersebut diusung oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai bagian dari tema yang dikampanyekan UNESCO, “Reading the Past, Writing the Future”, atau “Membaca Masa Lalu, Menulis Masa Depan.
Pertautan dan kesinambungan antara peristiwa yang dialami Agung Wibawa sebagai pustakawan yang bergerak nyata di dalam masyarakat dengan tema yang diusung Kemendikbud. Boleh dikatakan, bahwa Kemendikbud dengan tema besarnya baru akan melakukan sesuatu untuk dunia literasi Indonesia sebagai penunjang perekonomian. Apakah itu terlambat? Tidak ada kata terlambag dalam sebuah perjuangan dan niat baik. (Sulaiman)