NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia surplus US$ 230 juta secara bulanan pada September 2018. Realisasi ini membaik dibandingkan bulan lalu, defisit mencapai US$1,02 miliar.
Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Tax Center Ajib Hamdani meminta agar pemerintah konsisten menjaga pasokan batubara untuk kepentingan ekspor.
“Kendala-kendala dilapangan untuk produksi dan distribusi batubara mesti dijaga. Jangan sampai ada gangguan-gangguan atau insiden-insiden. Sebab ini berdampak ke kinerja moneter, pelemahan rupiah,” ujar Ajib lewat keterangan tertulis, Jakarta, Kamis (25/10/2018).
Baca juga: Defisit Neraca Perdagangan Uni Eropa-Indonesia Dinilai Membuat Rupiah Terus Terdepresiasi
Ajib mengatakan, posisi batubara untuk ekspor nasional sangat strategis. Bila perlu volume produksi dan ekspornya terus ditambah untuk memperkuat rupiah. Tak hanya itu, batubara merupakan komoditas yang volumenya relatif muda dipacu untuk kepentingan peningkatan ekspor dengan cepat.
“Sebab itu kondusifitas industri ini perlu dijaga bila kita ingin surplus dagang tetap terjaga selain menekan impor,” ucap Ajib.
Untuk memperkuat rupiah, langka paling efektif adalah dengan menjaga neraca dagang agar tetap positif. Kebijakan ekspor harus tetap distimulus dan diberikan insentif serta regulasi pusat dan daerah mesti sinkron.
Baca juga: Meragukan Data Statistik Resmi Soal Angka Kemiskinan Rakyat Indonesia
Sebelumnya, kata Ajib, untuk menenangkan amukan dolar, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) B20 (biodiesel) dan menaikkan produksi batubara sehingga bisa meningkatkan ekspor nasional. Pada tahun ini Menteri ESDM menyetujui untuk menambah produksi batubara sebanyak 25 juta ton.
Target produksi batubara tahun ini dinaikkan sebesar 485 juta ton. Dengan penambahan 25 juta ton, maka produksi batubara hingga akhir tahun dapat mencapai 510 juta ton.
“Dengan kenaikkan itu diproyeksikan akan terdapat tambahan devisa sebesar US$ 1,5 miliar,” ucap Ajib.
Baca juga: 4 Tahun Pemerintahan Jokowi-JK, Mahasiswa: Selamatkan Ekonomi Indonesia!
Deputi bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Yunita Rusanti menuturkan, surplus neraca perdagangan disebabkan karena jumlah ekspor lebih besar dibanding impornya. Tercatat, ekspor di angka US$14,83 miliar dan impornya di angka US$14,60 miliar.
Nilai ekspor sebesar US$14,83 miliar ternyata menurun 6,58 persen dibanding bulan sebelumnya yakni US$15,18 miliar.
Adapun ekspor migas menurun 15,8 persen dari US$1,43 miliar ke angka US$1,21 miliar, dan ekspor non migas turun 5,67 persen dari US$14,44 miliar ke US$13,62 miliar.
Pewarta: Gendon WIbisono
Editor: M Yahya Suprabana
Baca juga: Sekarang Ekspor, Tapi 20 Tahun Lagi Indonesia Impor Batubara
Baca juga: Menggugat Tata Kelola Pertambangan Batubara
Baca juga: Hasil Studi: Sisi Gelap Kinerja Presiden Jokowi Mengurus Moneter