NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Dalam sepekan, masyarakat Indonesia penuh gairah berbincang soal Freeport. Sebab Pemerintah Joko Widodo dinyatakan berhasil menguasai saham Freeport 51 persen. Perdebatan demi perdebatan timbul seiring keberhasilan pemerintah -yang sekali lagi- dinyatakan penuh perjuangan panjang. Ucapan selamat dan rasa bangga pun bertaburan dan bertebaran, khususnya di media sosial.
Menanggapi hal tersebut, Dahlan Iskan mengirim ucapan selamat untuk Menteri ESDM Ignatius Jonan dan CEO Inalum Budi Sadikin atas keberhasilan Indonesia menguasai 51 persen saham Freeport sejak minggu ini.
Baca Juga:
- Guru Besar UI Minta Publik Tak Terjebak Eforia Soal Divestasi Freeport
- Pemerintah Didesak Tinjau Ulang Bayar Kontrak Tambang Untuk Divestasi Freeport
- Divestasi Freeport, Pengamat: Masyarakat Papua Lebih Penting
“Pun sebetulnya saya akan berbuat serupa. Dari Lebanon ini. Mengirim ucapan selamat kepada Bapak Presiden, Menteri Keuangan, Menteri BUMN dan Menteri Lingkungan Hidup. Tapi saya tidak punya nomor telepon beliau-beliau itu. Hanya Jonan dan Budi Sadikin. Yang nomor HP-nya ada di HP saya. Itu pun nomor lama. Yang saya masih memilikinya. Sejak ketika saya masih jadi atasan mereka. Semoga ucapan selamat itu masih sampai pada mereka. Dan diteruskan kepada mereka,” ujar Dahlan Iskan dalam tulisannya, seperti dilanrasi dari laman resminya.
Tentu, kata Dahlan Iskan, baiknya, ia juga mengirimkan ucapan selamat kepada SBY (Presiden era sebelumnya) yang pada zaman itu menjadikan PT Inalum dikuasai 100 BUMN. Diambil alih dari Jepang. Dalam posisi perusahaan sangat jaya. Kondisi fisiknya prima. Operasionalnya istimewa. Dan tabungan uang kontannya banyak luar biasa.
Ibarat ‘kendaraan’, lanjutnya, Inalum sudah seperti Land Cruiser. Sanggup diajak menanjak tinggi. Sampai pegunungan Jayawijaya. Membeli Freeport di sana. Inalum yang seperti itu sangat dipercaya. Untuk mencari dana global sekali pun. Empat miliar dolar sekalipun. Untuk membeli saham mayoritas Freeport itu.
“Tentu saya juga ingin mengucapkan selamat pada MacMoran Amerika. Yang sudah 50 tahun menguasai Papua. Yang pernah keuangannya mengalami kendala. Hingga minta bantuan Rio Tinto Australia. Yang perjanjian antara dua perusahaan global itu bisa menimbulkan celah. Untuk dimasuki Indonesia,” ucap Dahlan.
Labih lanjut Dahlan menjelaskan soal celah, yang menurut Dahlan tidak ada yang bisa melihat celan tersebut termasuk dirinya. “Hanya orang seperti Jonan yang berhasil mengintipnya. Yang justru menteri ESDM yang tidak ahli tambang itu. Lewat celah itulah negosiasi bisa mendapat jalannya. Di dukung oleh kedipan-kedipan mata. Dari dua wanita kita: Menteri Keuangan Sri Mulyani. Lewat celah perpajakan. Dan Menteri Lingkungan Hidup Siti Nurbaya. Lewat kerusakan alam,” urai Dahlan.
“Sudah sejak kapan pun. Kita ingin Freeport dikuasai bangsa. Tapi selalu tersandung batu: perjanjian yang tidak bisa dilanggar begitu saja. Kalau pun selama ini salah: itu karena tidak ada yang bermata sejeli Jonan. Dalam melihat celah tersembunyi itu. Mungkin saja pandangan mata itu seperti hati. Bisa memandang jauh. Kalau kondisinya bersih. Bersih mata. Bersih hati. Bersih kepentingan,” imbuhnya.
Dahlan mengakui bahwa, dalam proses freeport ini memang luar biasa. Menteri ESDM-nya, Jonan, bukan ahli tambang. Is justru orang keuangan. CEO Inalum-nya, yang cari uang, dari tehnik. Ia lulusan ITB. Budi Sadikin.
“Saya pernah minta maaf pada bapak Presiden SBY. Melanggar tata kelola. Mengangkat Budi Sadikin. Menjadi Dirut Bank Mandiri. Tanpa lapor. Tanpa minta pendapat. Tanpa minta persetujuan. Pun tidak kepada menteri keuangan. Saya tahu itu salah. Dan siap dimarahi. Tapi saya begitu takutnya. Jabatan Dirut Bank Mandiri jadi barang dagangan. Terutama dagangan politik. Padahal ada anak muda sekali. Hebat sekali. Dari dalam Bank Mandiri pula. Budi Sadikin itu,” ungkap Dahlan.
“Maka saya SK-kan saja. Soal dimarahi itu urusan di kemudian hari. Dipecat sekali pun. Maafkan pak SBY. Saya melanggar. Demi kejayaan Bank Mandiri. Dan maafkan. Itu bukan satu-satunya,” kisah Dahlan.
Simak: Surat Terbuka buat Presiden Jokowi soal Divestasi Freeport: Tegakkan Kedaulatan NKRI!
Sebenarnya, kata Dahlan lagi, di Freeport itu, masih ada satu hal yang ia khawatirkan yakni di bidang partisipasi lokal. “Yang 10 persen. Yang kelihatannya kecil. Tapi justru bahaya. Misalnya. Begitu yang kecil itu memihak ke sana selesailah. Dananya jadi mayoritas,” ujarnya.
“Tapi Jonan-Budi adalah orang pintar. Mengatasinya dengan skema yang berjenjang. Tentu masih akan ada kritik. Tapi saya tidak melihat yang lebih baik dari yang telah dilakukan ini,” tegas Dahlan Iskan mengakhiri tulisannya, Minggu (23/12/2018). (rb/mys/nn)
Editor: Achmad S.