Berita UtamaPolitikTerbaru

Arab Saudi Kembali Ke Monarki Absolut

NUSANTARANEWS.CO – Salman bin Abdulaziz bin Abdul Rohman bin Faisal bin Turki bin Abdullah bin Mohammed bin Saud Sultan tercatat sebagai anggota keluarga Kerajaan Saudi yang memang tidak seperti para pendahulunya, Raja Salman berpandangan lebih modern. Sehingga dia juga banyak menerima gelar kehormatan akademik dari berbagai universitas di seluruh dunia.

Setelah dua tahun memerintah Kerajaan Arab Saudi, lewat sebuah dekrit yang mengejutkan banyak pihak, Raja Salman melengserkan Muhammad bin Nayif yang berusia 57 tahun sebagai putra mahkota dengan mengangkat anak laki-lakinya yang berusia 31 tahun, Mohammed bin Salman, sebagai putra mahkota. Raja Salman dengan cepat mempersiapkan suksesi kekuasaan sekaligus memperkuat proses sentralisasi kekuasaan yang telah dimulainya.

Dengan diangkatnya Pangeran Mohammed, yang dikenal sebagai MBS di kalangan Barat, sebagai putra mahkota oleh Raja Salman, yang saat ini sudah berusia 81 tahun, boleh dibilang adalah reformasi politik ala Arab Saudi guna memperkokoh dinasti Abdulaziz Ibn Saud.

Baca Juga:  Ancam PAD Propinsi, UU No 1 Tahun 2022 Tak Layak Diberlakukan

Kerajaan Arab Saudi kini telah kembali ke monarki absolut dinasti Ibn Saud. Kekuasaan terkonsentrasi sepenuhnya di tangan raja, yang telah mendelegasikan sebagian besar kekuasaan kepada anaknya, pangeran mahkota yang baru.

Naiknya posisi MBS memang merampingkan proses pengambilan keputusan, dan mengurangi risiko politik yang melekat dalam sistem multipel yang penuh persaingan. Dengan demikian kini ada kejelasan mutlak tentang suksesi dan pusat kekuasaan di Kerajaan Arab Saudi.

MBS sendiri memulai karir politiknya pada 2009, ketika dia menjadi penasihat ayahnya yang saat itu menjabat sebagai gubernur Provinsi Riyadh (1963-2011). Tapi dinobatkan sebagai putra mahkota adalah sesuatu yang luar biasa ditengah persaingan ketat ratusan pangeran yang kebanyakan lebih tua yang semuanya merasa berhak memerintah.

Tidak dipungkiri bahwa memang ada sikap pilih kasih raja yang menopang MBS. Tapi hal itu tidak cukup menjelaskan kekuatan MBS, disini harus mengandalkan kecerdasan, tipu daya, dan kekuatan kepribadian untuk mengkonsolidasikan kekuasaan dan menegaskan kewibawaannya atas keluarga kerajaan, elit birokrasi, teknokrat, media, perusahaan minyak nasional, dan berbagai institusi lainnya.

Baca Juga:  Relawan Lintas Profesi Se-Tapal Kuda Deklarasi Dukung Khofifah di Pilgub Jatim

Kemampuan lobi luar negeri MBS dengan datangnya Presiden AS Donald Trump ke Riyadh pada bulan Mei 2017 – merupakan salah satu kunci yang memperkuat posisi MBS sebagai elit politik yang patut diperhitungkan dengan usia mudanya. Kunjungan Trump memiliki arti penting bagi hubungan AS-Saudi yang telah mencapai titik nadir selama masa jabatan Presiden AS Barack Obama. Namun berkat lobi MBS hubungan strategis AS-Saudi kembali normal. Bahkan Trump mendukung penuh Arab Saudi untuk menjadi kekuatan utama regional setelah penandatanganan berbagai transaksi bisnis dan investasi bernilai miliaran dolar.

Dengan karakter mudanya serta kemampuan hubungan luar negerinya – khususnya membangun kembali hubungan Arab Saudi-AS – menjadikan sosok MBS cukup istimewa. Sebagai calon pemimpin masa depan monarki absolut Arab Saudi, dalam klip video yang disiarkan secara luas, terlihat MBS mengikuti protokol ketat kerajaan, berlutut untuk mencium tangan pangeran mahkota yang baru saja dilengserkan. Tapi disitu pula Nayif secara formal menawarkan kesetiaannya kepada MBS. (Banyu)

Related Posts

1 of 40