Ekonomi

Sempat Tegelincir, Dolar AS Kembali Perkasa di Pasar Perdagangan

Indikasi Ekonomi Kritis (Ilustrasi)
Indeks Dolar AS (Ilustrasi)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Langkah Bank Sentral Amerika Serikat atau Federal Reserve menahan suku bunga serta melakukan pengetatan kebijakan moneter secara bertahap, membuat posisi indeks dolar pada Jumat siang, 9 November 2018, kembali menguat di pasar perdagangan.

Laju greenback dolar AS pada siang ini menguat mencapai 0,09% atau 0,085 poin ke level 96,809 terhadap sejumlah mata uang utama di dunia. Sebelumnya pada Kamis kemarin dolar AS sempat jeblok ke angka 0,081 poin atau 0,08% di level 96,643.

Pengetatan kebijakan moneter ini akan semakin berjaya, menyusul FED pada akhir tahun ini akan meningkatkan suku bunga hingga 25 bps (basis poin).

Diperkirakan, probabilitas kenaikan Federal Funds Rate pada rapat 19 Desember 2018 mencapai 78,5%. Bahkan ada kemungkinan The Fed menaikkan suku bunga sampai 50 bps.

Baca Juga: Dinilai Tak Ramah Pasar, Trump Buktikan Ekonomi AS di Puncak

Saat ini, suku bunga acuan di AS ada di 2-2,25% atau median 2,125%. Pada akhir 2020, The Fed menargetkan suku bunga berada di median 3,4%. Oleh karena itu, kemungkinan akan ada tiga kali kenaikan lagi pada 2019 dan setidaknya sekali pada 2020.

Baca Juga:  Pemdes Kaduara Timur Salurkan BLT

Sebelumnya, pada Rabu, 7 November 2018, dolar AS sempat mengalami pelemahan, pasca diumumkannya hasil pemilu sela, kubu oposisi yakni Partai Demokrat berhasil menguasai kursi Kongres (DPR) setelah bersaing ketat dengan partai Republik. Dengan kekuatan baru Demokrat, kebijakan ekonomi Trump diprediksi akan mengalami perubahan.

Akibat ketidakpastian politik di negeri Paman Sam itu membuat investor melepas greenback dan memilih ‘terbang’ ke berbagai penjuru. Asia menjadi salah satu tujuannya, termasuk Indonesia.

Terlepas dari kebijakan ekonominya yang dinilai tak ramah terhadap pasar internasional, Presiden Donald Trump mampu buktikan ekonomi negeri Paman Sam ke puncak kejayaan.

Dibandingkan dengan era presiden Obama, posisi Trump jauh lebih unggul dalam capaian ekonomi. Dimana nilai GDP (Gross Domestic Product) sepanjang dua tahun terakhir melesat.

Pewarta: Romadhon Emka

Related Posts

1 of 3,077