Jika dicermati, gelaran Pilgub Jabar (Jawa Barat) yang diikuti 4 jumlah paslon dengan latar belakang berbeda, membuktikan bahwa provinsi Jabar yang berbatasan langsung dengan Ibukota Indonesia ini berkarakter pluralis.
Baik dari segi geografis seperti pegunungan, laut, hingga cekungan. Ada area yang metropolis, rural (pedesaan), pesisir. Bahkan jabar yang dikenal dengan Sunda ini pun mempunyai masyarakat yang menggunakan bahasa Jawa, Jakarta/Betawi, selain bahasa Sunda sendiri dengan sejumlah variannya.
Kebhinekaan/pluralis ini juga memiliki sisi resistensi yang sukup tinggi, yaitu disintengrasi, intoleransi, radikalisme, hingga potensi konflik.
Kejutan inovasi Dr. Yayat (Ketua KPU Jabar) beserta jajaran telah berhasil membuat Debat Publik Tahap I kemarin sangat menunjukkan kebhinekaan di Jawa Barat sekaligus menjadikan Pilgub Jabar menjadi momentumnyg sangat menghibur.
Baca Juga:
Akronim-Akronim Anton Charliyan Bawa Nuansa Politik Baru di Pilkada Jabar
Peta Pilgub Jabar Terbagi Dua Poros Kekuatan
Kejutan lain datang dari para Paslon itu sendiri. Dimana Paslon nomor 1 yaitu Ridwan Kamil dan UU R. Ulum (Rindu) yang selama ini dalam survei-survei sesaat dianggap mengungguli paslon lainnya terlihat sangat tidak cair.
Respon atau jawaban yang dilakukan oleh Ridwan Kamil pun hampir selalu berkesan “Bandung Sentris”. Bahkan RK (Ridwan Kamil) sempat membandingkan dari 27 kokab (kota kabupaten) di Jabar, 26 mendapat nilai C untuk salah satu kategori penilaian. Sementara hanya Kota Bandung yang berkriteria baik.
Lebih mengejutkan lagi, adalah paslon nomor urut 2 yang ditempati pasangan Hasanah. Kedua kandidat paslon nomor 2 yang berlatar belakang komandoisme ini, sebelumnya sempat diasumsikan akan tampil kaku, namun ternyata tampil paling Lugas, Luwes, Solutif, dan bahkan diselingi dengan sejumlah candaan sesuai karakter “nyunda”.
Program-program paslon nomor dua yang disampaikan oleh cawagub Anton Charliyan itu pun dikemas dengan bahasa renyah, seperti Jabar Edun, yaitu Jabar Economi Dunia Network. Yaitu program turunan dari Destruption Concept, dimana masyarakat dapat mencari/membuka peluang kerja itu sendiri via dunia medsos, yang dampaknya adalah mengurangi jumlah pengangguran, kemiskinan, serta ketimpangan ekonomi.
Istilah unik lain yang juga dilontarkan Anton Charliyan dari Paslon Hasanah adalah Molotot.com yang merupakan konsep dalam clean government untuk mengantisipasi serta membarantas korupsi.
Sementara untuk paslon nomor urut 3, yakni pasangan Sudrajat-Ahmad Syaikhu (Asyik) tampil cukup datar. Hanya perdebatan cukup keras terjadi ketika kandidat Syaikhu mempertanyakan kepada paslon nomor urut 4 yaitu Dedi Mulyadi sesuatu yang bersifat cukup filosofis, yaitu kenapa pohon-pohon di Purwakarta dipasangi pohon? Dedi Mulyadi merespon bahwa hal tersebut adalah sikap kita untuk memuliakan pohon sebagai bagian dari kebudayaan Sunda.
Pada statement penutupan, Paslon Rindu (RK-UU) menekankan tentang peningkatan infrastrukur, dan akan menjadi kereta yang membawa gerbong menuju Jawa Barat lebih maju.
Paslon nomor 2 menutup debat dengan statement cukup sederhana yaitu TB Hasanudin akan fokus ketahanan pangan sehingga masyarakat Jabar semuanya seubeuh, juga akan menjaga stabilitas di Jabar.
Dilanjutkan oleh cawagub Anton Charliyan yang mengeluarkan statement heroik, yaitu kebhinekaan di Jabar juga berpotensi instabilitas, sehingga kami paslon 2 Hasanah hadir untuk menjaga stabilitas di Jabar agar masyarakat dapat bersekolah, bekerja, berinteraksi dengan tenang dan aman.
Jabar adalah penyangga ibukota, Jabar aman maka ibukota aman, ibukota aman maka negara aman, demi keutuhan NKRI.
Penulis: Giri Muhammad