Ekonomi

Indonesia Terlilit Saham Freeport, Pengamat: Ginandjar Memainkan Peran

 

NUSANTARANEWS.CO – Masalah saham Freeport yang sedang melilit bangsa Indonesia saat ini, menurut peneliti sekaligus Pengamat Ekonomi Politik, Salamuddin Daeng tak bisa dilepaskan dari asal usul kesepakatan sebelumnya.

“Bung Karno menyebutnya dengan Jasmerah, ‘jangan sekali kali meninggalkan sejarah’. Apa yang terjadi saat ini adalah akibat kebijakan yang diciptakan di masa lalu,” ungkap Daeng dikutip dari keterangan tertulisnya.

Dirinya menlanjutkan, skandal lembaran saham Freeport yang tengah melilit bangsa Indonesia tersebut tak bisa dilepaskan dari sosok Ginandjar Kartasasmita yang saat itu menjadi Menteri Pertambangan dan Energi (Mentamben).

“Dari Jabatan Mentamben tersebutlah Ginandjar mulai memainkan perannya selaku “good boy” nya Amerika,” sambungnya,

Sebetulnya Freeport, ungkap Daeng, telah lama mengincar Ginanjar untuk dijadikan sebagai good boy semenjak Ginandjar menjabat Kepala BKPM (1985-1988). Melalui tangan raksasa itulah yang menempatkan Ginandjar untuk meraih jabatan lebih tinggi, yaitu menjadi Mentaben.

Setahun setelah Ginanjar Kartasasmita diangkat menjadi Mentamben oleh Presiden Soeharto, Freeport Indonesia langsung mengajukan perpanjangan kontrak mereka pada pada tahun 1989.

Baca Juga:  Pembangunan Irigasi, Langkah Strategis Pemkab Sumenep untuk Petani Tembakau

“Freeport Indonesia lalu meminta dalam perpanjangan kontrak tersebut untuk memasukkan situs Grasberg sebagai lokasi pertambangan mereka,” ujarnya.

Sebetulnya Kontrak Karya tahun 1991 sangat strategis bagi Indonesia untuk meraih kedaulatan dan kemakmuran dari tambang. Mengapa? Karena pada tahun 1988, Freeport menemukan cadangan senilai $40 billion di Grasberg, sekitar 3 kilometer dari lokasi tambang lama Ertsberg yang dikuasai Freeport sejak tahun 1967 dan dieksploitasi sejak tahun 1970. (*)

Editor: Romandhon

 

Related Posts

1 of 23