Lintas NusaPeristiwaTerbaru

Belum Juga Menghirup Udara Bebas, Alfian Tanjung Kembali Ditangkap Polisi?

NUSANTARANEWS.CO, Surabaya – Belum juga menghirup udara bebas usai Pengadilan Negeri Surabaya menerima eksepsi penasihat hukumnya oleh Majelis Hakim pada Rabu (6/9), Alfian Tanjung kembali ditangkap polisi. Sebelumnya, Alfian dinyatakan bebas dari jeratan hukum kasus fitnah dan ujaran kebencian (hate speech) yang dilaporkan oleh seorang warga bernama Sujatmiko atas ceramah Alfian di Masjid Mujahidin, Surabaya yang menyinggung soal PKI dan Komunisme.

Namun, setelah keluar dari Rumah Tahanan (Rutan) Klas I Surabaya di Medaeng Sidaorjo, Alfian kembali dijemput polisi.

Berdasarkan informasi yang dihimpun nusantaranews, keluar Surat Perintah Penyidikan (Sprindik) baru untuk ceramah Alfian tanggal 1 Oktober 2016 lalu di Masjid Said Naum, Tanah Abang, Jakarta.

Kabarnya, Alfian langsung diterbangkan ke Jakarta untuk menjalani pemeriksaan, dan ada kemungkinan kembali ditetapkan sebagai tersangka untuk kasus yang sama, di Polda Metro Jaya.

Pada Januari lalu, Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki melaporkan Alfian Tanjung ke Bareskrim Polri karena dituduh PKI dan sering menggelar rapat di dalam Istana Negara bersama kawan-kawannya. Teten tersinggung, lalu memutuskan untuk melaporkan tuduhan tersebut ke Bareskrim Polri.

Baca Juga:  DPRD Sumenep Bentuk 4 Komisi untuk Perkuat Kebijakan Pro Rakyat

Tak hanya itu, Mei lalu Polda Metro Jaya menetapkan Alfian sebagai tersangka lantaran menyebut kader PDI-P dan orang dekat Presiden Joko Widodo adalah gerombolan kader PKI.

Alfian Tanjung memang dikenal sangat getol berceramah dengan menyinggung tema Partai Komunis Indonesia (PKI). Ia bahkan tak segan-segan menyebut sejumlah nama kader PKI yang kini aktif berkeliaran di tanah air kendati telah dilarang negara seusia dengan TAP MPRS XXV/1966 tentang Larangan PKI dan Paham Komunisme di Indonesia.

Meski secara organisasi PKI telah bubar, sampai saat ini gerakan PKI disinyalir sudah semakin kuat dan menyebar di mana-mana. Salah satu modus gerkannya adalah selalu memposisikan diri sebagai korban peristiwa 1965 silam kendati waktu itu PKI sendiri yang memulai gerakan kudeta. (ed)

(Editor: Eriec Dieda)

Related Posts

1 of 17