MancanegaraTraveling

Ketika Makanan pun Menjelma Seni di Sabrino de Botin

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Sastrawan Denny JA mengumbar pengalaman puitiknya di Madrid Spanyol. Sebelumnya Denny mengisahkan bagaimana bangunan-bangunan tua di bumi Andalusia itu memberi kesan dan pesan khusus bagi setiap pelancong yang mengunjunginya.

Sebagai seorang pelancong, tentu tak hanya tempat yang ia nikmati keindahan dan nilai sejarahnya. Ada moment lain untuk dijamah oleh seroang palancung yakni wujud budaya dan bentuk atau taste kuliner khas yang dijajakan.

Dennya pun mengutip pernyataan Jean Anthelme Brillat-Savarin kelahiran Paris, Prancis 1755 yaitu, “katakan padaku apa yang kau makan. Aku segera tahu siapa dirimu.” Pernyataan tersebut lahir dari seorang penulis sekaligus politisi yang kemudian dikenal sebagai ahli gastronomi, yang ikut mengubah makanan menjadi seni.

“Setiap kali punya kesempatan mengunjungi puncak peradaban manusia, termasuk situs peradaban tua, saya juga menyempatkan mengunjungi seni makanannya,” tutur Dennya melalui pesan tertulisnya dari Madrid, Kamis (3/8/2017) malam.

Menurut Denny, seni tak hanya terdapat dalam sastra atau gedung arsitektur atau lukisan dan patung. Senipun kini dilahirkan dalam makanan: Culinary Art. Yang dilayani oleh seni lukisan atau sastra adalah renungan melalui mata. Sedangkan oleh Culinary Art, adalah dunia alam rasa melalui lidah.

Baca Juga:  Kekuatan dan Potensi BRICS dalam Peta Politik Global Mutakhir

“Dua hal yang saya jadikan petunjuk. Pertama Red Guide yang dibuat oleh Macheline. Sejak tahun 1925, Macheline mulai membuat list restoran yang ia berikan satu atau dua atau tiga bintang karena seni dan kualitas makanannya,” ungkap Denny.

Kedua, lenjut dia, adalah Google Search untuk tahu restoran paling unik atau tua yang merepresentasikan makanan lokal. “Kedua sumber ini membawa saya menikmati restoran yang bernilai tak hanya sebagai pengisi perut, tapi juga yang bernilai seni dan punya jejak sejarah,” ujarnya.

“Kali ini saya beruntung mengunjungi Sabrino de Botin, resto tertua yang pernah ada dan masih beroperasi. Resto itu berdiri tahun 1725, hampir 400 tahun lalu. Lama saya dan keluarga duduk di sana merasakan suasana 400 tahun lalu ketika pertama kali resto ini dibuka. Tak hanya lidah yang dipuaskan. Namun dari lidah, jiwa berkelana jauh,” ucap Denny.

Penulis/Editor: Ach. Sulaiman

Related Posts

1 of 17