Politik

Denny JA: Saya Selalu Optimis Tentang Papua

paniai, natalius pigai, pedalaman papua, revolusi nguntal, kemiskinan, kepemimpinan jokowi, pengangguran, revolusi mental, nusantaranews
Kabupaten Paniai, Papua, Indonesia. (Foto: YouTube)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA mengatakan Papua dan Papua Barat adalah raksasa yang tidur, ketika raksasa kelak berhasil dibangunkan dan bergerak sangat mungkin dua provinsi tersebut tumbuh menjadi provinsi terkaya di Indonesia.

Resources yang ada di Papua melampaui semua sumber daya di belahan dunia lain, baik di Muruntau, Uzbekistan, atau di Goldstrike, Amerika Serikat, ataupun di Olimpiada, Rusia,” ujar Denny JA dikutip dari catatan di laman Facebook miliknya, Kamis (22/8/2019).

Dia mengutip hasil sebuah riset yang menyebutkan Grasberg merupakan tambang nomor satu terbesar di dunia dan itu terletak di Pulau Papua, Indonesia.

“Sudah pula menjadi pengetahuan umum, Grasberg itu hanya satu wilayah yang sudah kasat mata yang masih tersimpan, tersembunyi dalam kawasan Papua dan Papua Barat,” katanya.

Hasil riset lain, kata dia, kawasan paling kaya untuk keragaman hidup bawah laut ada di Papua, Indonesia. “Kekayaan flaura dan fauna di sana juga tak tertandingi wilayah lain di seluruh dunia,” kata konsultan politik ini.

Baca Juga:  Tak Jadi Gunakan Sistem Komandante, Caleg PDI-P Peraih Suara Terbanyak Bisa Dilantik

Denny JA menegaskan, Papua adalah masa depan Indonesia. Jika infrastruktur terus tumbuh di Papua, menghubungkan aneka area strategis, jika politik di sana cukup stabil, jika dapat dikondisikan suasana membangun yang harmoni, lima puluh tahun dari sekarang akan tumbuh taman firdaus di sana.

“Karena itu, saya selalu optimis tentang Papua. Aneka gejolak yang selalu muncul setiap tahun, mulai dari pembakaran gedung pemerintah hingga rumah ibadah, mulai dari isu kemiskinan hingga separatisme, itu hanyalah riak-riak,” terangnya.

“Jalur gelombang utama itulah yang menjadi inti. Riak-riak hanya nuansa sekitar yang temporer. Namun jika tak di atasi, riak -riak itu dapat pula menenggelamkan gelombang utama,” sambungnya.

Dia mengklaim partisipasi politik rakyat Papua dan Papua Barat dalam pemilu presiden 2019 sangatlah tinggi di mana golput di Papua dan Papua Barat jauh lebih kecil dibandingkan golput nasional.

“Golput Piplres 2019 di Papua hanya di bawah 10 persen dan di Papua Barat di bawah 16 persen. Padahal golput pilpres nasional sekitar 19 persen,” katanya lagi.

Baca Juga:  Jelang Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres 2024, Khofifah Optimis Prabowo-Gibran Menang

“Lihat pula kemenangan Jokowi pada pilpres 2019. Kemenangan Jokowi di Papua dan Papua Barat jauh melampaui kemenangan Jokowi dalam rata rata nasional. Jokowi menang di Papua tahun 2019 di angka 90 persen. Di Papua Barat, Jokowi menang di angka 79 persen. Padahal secara nasional, Jokowi hanya menang 55,5 persen,” lanjutnya.

Menurutnya, kemenangan besar petahana di Papua membuktikan mayoritas masyarakat di sana semakin puas dengan pemerintahan Jokowi.

“Namun tetap ada catatan sangat penting. Berdasarkan data BPS 2018, baik Papua ataupun Papua Barat termasuk dua provinsi paling miskin di Indonesia. Jika diukur dari prosentase jumlah populasi di bawah garis kemiskinan, di Papua dan Papua Barat, prosentase kemiskinannya tertinggi,” ungkap Denny JA.

Di Papua, tambahnya, prosentase penduduk miskin sebesar 27, 24 persen. Di Papua Barat, prosentase penduduk miskin 23.12 persen. Jumlah itu melamapui provinsi NTT, Maluku, Gorontalo dan Aceh.

“Inilah ironi. Di dua provinsi yang potensial paling kaya, hidup masyarakat yang kini paling miskin! Ini bukan saja ironi politik, tapi aib peradaban!,” imbuh Denny JA. (ach/ed)

Baca Juga:  Berikut Nama Caleg Diprediksi Lolos DPRD Sumenep, PDIP dan PKB Unggul

Editor: Eriec Dieda

Related Posts

1 of 3,073