Di depan Mahmilub, Sudisman tegas menyatakan dia dan beberapa pimpinan PKI terlibat G30S/PKI. Atas kesalahan itu, dia minta maaf. Mahmilub memberi vonis hukuman mati. Tahun 1968, dia dieksekusi.
Sebelumnya, tanggal 6 Oktober 1965, di Sidang Paripurna Kabinet Dwikora, Nyoto mengatakan PKI mendukung pembersihan di dalam Angkatan Darat (Gerakan 30 September).
Dua fakta penting ini nggak pernah diungkap simposium-simposius 65. Mereka gemar salahkan Pak Harto dan TNI. Padahal, manuver politik PKI memicu gelombang kemarahan rakyat. Alhasil, jatuh korban di pihak anggota dan simpatisan PKI berikut underbow-underbownya.
Presiden Sukarno adalah pihak yang pertama kali menyebut ke-6 jenderal korban G30S/PKI sebagai “Pahlawan Revolusi”. Artinya, ini mematahkan fitnah PKI mengenai isu “Dewan Jenderal” yang katanya mau kudeta.
Selain terlibat G30S/PKI, Sudisman memimpin Politbiro CC PKI. Menggantikan DN Aidit yang dieksekusi November 1965. Sudisman bersama Rewang, Oloan Hutapea cs merilis dokumen Kritik-Otokritik Politbiro CC PKI. Mereka kembali menekankan dasar-dasar perjuangan PKI, yang disebut “Tripanji PKI”. Butir keduanya berbunyi: “Perjuangan Bersenjata”. Karena itu, “PKI Gaya Baru” ini membangun basis militer MMC (Merbabu-Merapi Complex).
Perlawanan PKI Bawah Tanah ini ditumpas Operasi Trisula. Tanggal 6 Desember 1966, Sudisman ditangkap di daerah Tomang, Jakarta.
Dalam rangka memproduksi narasi versi sendiri, mereka menarget Jenderal Suharto dan TNI sebagai pembantai rakyat. Prosedurnya adalah ilusi dan teori konspiratif. Seru, seram, tegang, berbelit. Tapi nggak ada satu pun bukti valid dan solid yang sanggup menopang argumen mereka.
Mereka memaksakan ilusi sebagai fakta. Mereka bilang mustahil Pak Harto tidak tahu rencana aksi 30 September. Kolonel A Latief menyatakan dia melaporkan rencana menculik 7 jenderal kepada Jenderal Suharto di RSPAD.
Itu kan klaim Latief. Herannya, tanpa bak-bik-buk, apalagi verifikasi in depth, mereka telan keterangan itu sebagai kebenaran. Emang dasarnya benci saja kepada Pak Harto!
Logikanya, mestinya, info macam itu masuk domain intelijen. Subandrio adalah Kepala BPI (Badan Pusat Intelijen). Afiliasi Subandrio adalah “kiri” slash komunis. Dia pernah jadi Duta Besar di Moskow.
Pak Harto adalah perwira ketiga di bawah Jenderal Nasution dan Jenderal Ahmad Yani. Bila kedua atasan Pak Harto saja nggak tahu sedang ditarget, gimana caranya Pak Harto mesti jadi tahu.
Kelompok Simposium 65 menganulir temuan Dinas Penelitian Team Pemeriksa Pusat (Teperpu). Padahal, tim ini bekerja selama 10 tahun, antara 1966-1976.
Salah satu hasil temuan Teperpu adalah peran Syam Kamaruzaman dibantu duet Pono dan Bono. Orang dekat Sudisman bernama Tan Swie Ling menuding Syam Kamaruzaman adalah agen CIA. Once again, orang-orang Simposium langsung percaya. Buktinya apa toh? Asumsi, ngayal, reka-reka konspirasi lagi kah?
Syam Kamaruzaman mengepalai Biro Chusus PKI. Tugasnya menginfiltrasi militer. Dia sekelompok dengan generasi muda PKI pimpinan DN Aidit melikuidasi generasi tua PKI semacam Alimin, Tang Ling Djie dan sebagainya.
Dari seluruh fakta sejarah, tidak ada satu pun bukti atau bahkan indikator Pak Harto terlibat G30S/PKI, apalagi jadi dalang. Namanya tidak masuk dalam daftar 45 anggota Dewan Revolusi yang mendemisioner Kabinet Dwikora, thus berarti makar terhadap pemerintahan yang sah saat itu.
Kalau sudah begini, sejarah diputar-putar dan dipelintir-pelintir, nggak ada cara lain selain dukung TNI Nonton Bareng film Penghianatan G30S/PKI. Setuju dengan Panglima TNI Gatot Nurmantyo.
Penulis: Zeng Wei Jian, Aktivis dan Tokoh Tionghoa