Politik

Wakil Ketua LPBHNU Sepakat Demokrasi Indonesia Butuh Healing Room

Balon Hitam Membawa Spanduk Bertuliskan RIP Demokrasi di Terbangkan Saat Demo yang Digelar oleh Perempuan Indonesia Bergerak (PIB) di Depan Istana Merdeka, Kamis (16/5/2019). Mereka Menentang Kecurangan Pemilu 2019. (Foto: Istimewa)
Balon Hitam Membawa Spanduk Bertuliskan RIP Demokrasi di Terbangkan Saat Demo yang Digelar oleh Perempuan Indonesia Bergerak (PIB) di Depan Istana Merdeka, Kamis (16/5/2019). Mereka Menentang Kecurangan Pemilu 2019. (Foto: Istimewa)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Wakil Ketua Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum Nahdlatul Ulama (LPBHNU) Periode 2015-2020 Amsori mengaku sepakat bahwa demokrasi di Indonesia membutuhkan healing room atau ruang pemulihan bagi demokrasi.

“Bagi PBNU, demokrasi itu harus berasaskan nilai-nilai Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan Undang-undang. Oleh karenanya, demokrasi di Indonesia harus punya roh keindonesiaan yang sejati yang ditopang oleh nilai-nilai budaya dan adat istiadat sendiri, oleh ideologi Pancasila dan rasa nasionalisme yang kuat,” kata Amsori dalam keterangannya, Senin (16/9/2019).

Baca juga: Revisi UU KPK, LPBHNU Persilahkan Rakyat Tempuh Jalur Hukum Bukan Malah Demo di Jalanan

Tanpa itu semua, lanjut dia, demokrasi di Indonesia hanya akan tinggal nama. Ia berharap demokrasi tidak dijadikan sebagai topeng.

“Gagasan healing room perlu disebarluaskan agar ada political breakthrough yang serius dari para elite dan kaum intelektual di negeri Nusantara tercinta ini,” tandasnya.

Sebelumnya Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menyinggung perlunya healing room dalam demokrasi di Indonesia. Menurut mantan Bupati Kulonprogo , tantangan hari ini adalah bagaimana mempertahankan NKRI dengan baik di tengah kebhinekaan yang semakin dinamis.

Baca Juga:  Terus Mengalir Dukungan Jelang Coblosan, Khofifah Peluang Besar Menang Tebal di Pilgub Jawa Timur

Baca juga: Soal Revisi UU KPK, Amsori: Kalau Bersih Ya Jangan Takut Diawasi

“Lingkungan sekarang sudah sangat berbeda dengan yang dulu-dulu,” kata Hasto dikutip dari Times Indonesia.

Selain untuk masyarakat luas, persoalan demokrasi juga harus diterjemahkan para pemimpin bangsa. Baginya perlu ada hal baru mengenai pemahaman dalam nasionalisme dan patriotisme.

“Jadi, harus ada nasionalisme baru dan patriotisme baru di era kekinian dalam balutan sistem demokrasi yang modern. Dua pokok pikiran ini nanti menjadi konsep healing room dalam sistem demokrasi Indonesia,” ujarnya.

Pewarta: Romadhon
Editor: Eriec Dieda

Related Posts

1 of 3,052