NusantaraNews.co – Kami minta umat Budha Indonesia ikut aksi bersama umat Islam Indonesia dan ikut mengecam di Kedubes Myanmar sebagai wujud simpati, toleransi, solidaritas, dan wujud persaudaraan dalam berbangsa dan bernegara. Yang mana terjadinya konflik sosial dan agama di Myanmar telah menewaskan ribuan umat muslim Rohingya khususnya bayi, wanita, dan anak kecil.
Sebagai makhluk yang memiliki predikat manusia adalah makhluk yang berakal budi, yang memiliki daya pikir, kecerdikan, kepandaian, kemampuan, ingatan, perasaan dan kesadaran. Tetapi, karena dosa, lobha dan moha (kebencian, keserakahan dan ketidaktahuan) maka orang yang seharusnya menjunjung tinggi nilai kemanusiaan justru menjadi sebaliknya, kejam, sadis, garang, bengis; suka merusak, menganiaya, menyakiti, membunuh; tidak ada cinta kasih, kasih sayang, simpati dan kebijakan serta sama sekali tidak ada sifat kemanusiaan.
sedikit saya kutip khutbah dari pdt. Budha Indonesia.
Jantung Kemanusiaan
Oleh: Bhikkhu Sri Pannyavaro Mahathera
“Tidak berbuat jahat” adalah tuntutan semua ajaran agama. “Tidak berbuat jahat” adalah suara hati sanubari manusia yang paling murni dan paling dalam. Kejahatan adalah pembawa penderitaan bagi makhluk lain, bahkan penyebab utama bencana bagi dunia ini. Dan lebih dari pada itu, kejahatan adalah perusak kehidupan kita sendiri. Karena itu, janganlah kita berbuat jahat. “Jangan berbuat jahat” adalah permintaan kita kepada diri kita sendiri. Juga permintaan kita kepada setiap umat manusia. Kejahatan tidak pernah disetujui oleh hati nurani umat manusia. Kejahatan tidak pernah disetujui oleh hati nurani umat manusia. Kejahatan tidak pernah mendapat kompromi dari semua ajaran agama.
Pada waktu Sang Buddha ditanya oleh Yakkha Alavaka, tentang apakah yang harus dibunuh; maka jawab Sang Buddha dengan tegas, “Kejahatan yang harus dibunuh!”. Dan yang paling utama, kejahatan dalam diri kita sendirilah yang harus kita bunuh. Itulah ajaran dari semua Buddha.
Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammasambuddhassa
Penulis: Jhon HR Simbolon
Editor: Ach. Sulaiman