Mancanegara
PBB Kembali Desak Aung San Suu Kyi Hentikan Kekerasan Terhadap Muslim Rohingya
Published
3 years agoon
NUSANTARANEWS.CO – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kembali mendesak pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi untuk segera menghentikan kekerasan dan diskriminasi yang terus berlanjut terhadap minoritas Muslim Rohingya di negara tersebut.
“Permintaan kami terhadap Aung San Suu Kyi segera menghentikan kekerasan,” kata Direktur HAM Asia Pasifik PBB, Jyoti Sanghera seperti dikutip PressTV.
Sanghera berbicara dalam sebuah briefing di Jenewa untuk mempresentasikan sebuah laporan tentang kampanye militer Myanmar melawan populasi minoritas yang diperangi di negara bagian Rakhine.
Sanghera menyatakan keprihatinannya bahwa pengungsi Rohingya telah melarikan diri ke negara tetangga Bangladesh mungkin akan ditahan dan dipenjara ketika mereka kembali ke Myanmar. Di satu sisi, kata dia, Rohingya juga tidak diberikan status kewarganegaraan atau hak sipil dan politik oleh pemerintahan Myanmar.
Perkembangan tersebut terjadi sehari setelah badan dunia tersebut menyatakan bahwa mereka tetap “siaga penuh” untuk eksodus massal Muslim Rohingya karena laporan mengindikasikan kenaikan tajam akibat pengusiran yang dilakukan Myanmar yang notabene mayoritas beragama Buddha.
Tentara Myanmar mengintensifkan tindakan brutal terhadap populasi etnis minoritas pada bulan Agustus, dengan sejumlah laporan tentang pembantaian dan pemerkosaan oleh tentara Myanmar dan gerombolan Budha melawan Rohingya. Militer telah mengepung kaum Muslim di Rakhine akhir tahun lalu.
Pihak berwenang di Myanmar, yang dipimpin oleh Suu Kyi, telah mengendalikan akses ke Rakhine sejak Agustus, ketika serangan militer oleh Rohingya memicu sebuah respon militer yang brutal yang telah memaksa lebih dari 520.000 orang Rohingya untuk melarikan diri ke Bangladesh.
Tindakan keras tersebut telah membuat sejumlah desa Rohingya terbakar dan hancur total. Perkiraan berapa jumlah Muslim yang terbunuh bervariasi dari 1.000 sampai 3.000 orang.
Suu Kyi, yang telah memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian, menolak melakukan tindakan apapun untuk mengakhiri kekerasan tersebut.
Sementara itu, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sebuah kampanye imunisasi kolera skala besar telah dimulai di dekat Cox’s Bazar, di Bangladesh, dengan tujuan untuk melindungi Rohingya yang baru tiba dan komunitas tuan rumah dari penyakit mematikan tersebut.
WHO selanjutnya mengatakan bahwa 900.000 dosis vaksin oral disediakan untuk didistribusikan pada anak-anak di bawah lima tahun.
(Editor: Redaksi/NusantaraNews/PressTV)
You may like
Demi Israel, AS Keluar Dari Dewan HAM PBB
Kofi Annan Desak DK PBB Bertindak Cepat Atasi Krisis Rohingya
Peduli Nasib Muslim Rohingya, Bangladesh Bangun 14 Ribu Kamp Pengungsian
Uzbekistan Kirim Bantuan Kemanusiaan untuk Etnis Rohingya
Tolak Negosiasi dengan ARSA, Pasukan Myanmar Tanam Ranjau di Perbatasan
Puluhan Ribu Rohingya Masih Terjebak di Rakhine Tanpa Makanan dan Tempat Berlindung
Terbaru
Jenazah Mantan Ketua Umum PB HMI Diserahkan Kepada Keluarga
NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Jenazah mantan Ketua Umum PB HMI diserahkan kepada keluarga. Pada hari Rabu (20/1), Tim Disaster Victim Identification...
F-35 Semakin Gahar Dengan Integrasi Gatling Gun dan LRASM
NUSANTARANEWS.CO, Washington – F-35 semakin gahar dengan integrasi Gatling gun dan LRASM. Penambahan sistem persenjataan ini, semakin menyempurnakan daya serang...
Banjir Bandang Landa Distrik Paniai Timur Papua
NUSANTARANEWS.CO, Paniai – Banjir bandang landa Distrik Paniai Timur Papua. Banjir bandang dilaporkan terjadi pada Selasa malam (19/1) di kampung...
APBD dan Investasi Diharapkan Percepat Pertumbuhan Ekonomi
NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – APBD dan investasi diharapkan percepat pertumbuhan ekonomi. Tahun 2020 adalah tahun yang penuh tantangan akibat pandemi Covid-19...
Kodim Ponorogo Sosialisasi Protokol Kesehatan Cegah Penyebaran Covid-19
NUSANTARANEWS.CO, Ponorogo – Kodim Ponorogo sosialisasi protokol kesehatan cegah penyebaran Covid-19. Sosialisasi protokol kesehatan tersebut dilakukan baik secara perorangan oleh...