NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Perdana Menteri (PM) Ethiopia, Abiy Ahmed Ali menerima anugerah Nobel Perdamaian 2019. Tahun lalu, Abiy membawa negaranya berdamai dengan Eritrae yang merupakan musuh lama Ethiopia setelah perang perbatasan 1998-2000 silam.
Penghargaan Nobel Perdamaian 2019 diberikan kepada Abiy pada Jumat (11/10) di Ibu Kota Norwegia, Oslo. Ini merupakan Hadiah Nobel Perdamaian ke-100.
Baca juga: Upaya Percobaan Kudeta Kembali Terjadi di Ethiopia
Tak mudah bagi Abiy untuk memperoleh Nobel Perdamaian 2019 lantaran harus menyingkirkan sekitar 301 calon yang dinominasikan.
Abiy adalah PM Ethiopia yang terpilih pada 2 April 2018 lalu. Ia tercatat sebagai PM ke-12 negara beribu kota Addis Ababa.
Dia lahir pada 15 Agustus 1976 tahun, berusia 43 tahun. Selain terkenal seorang politikus Ethiopia, Abiy juga merupakan ketua Front Demokratik Revolusioner Rakyat Erthiopia (EPRDF) dan Ketua Organisasi Dmeokratik Bangsa Oromo (OPDO). Abiy diketahui lahir dari ayah seorang muslim dari Etnik Oromo dan ibunya Kristen Amhara.
Baca juga: Contohkan Ethiopia, Agriterra Kerjasamakan Korprasi Petani Berbasis Koperasi di Indonesia
Latar belakang pendidikan Abiy, gelar S3 masalah perdamaian dan keamanan diperolehnya dari Universitas Addis Ababa University. Sedangkan gelar S2 masalah kepemimpinan perubahan diperolehnya dari Universitas Greenwich, London.
Selain itu, Abiy juga merupakan seorang mantan perwira intelijen militer. Ia dipandang berhasil melakukan reformasi pemerintahan Ethiopia. Pada 1995, Abiy pernah menjadi bagian pasukan perdamaian PBB di Rwanda.
Komite Nobel Norwegia mengatakan, salah satu alasan Nobel Perdamaian 2019 diberikan kepada Abiy lantaran ketegasannya dalam menyelesaikan konflik perbatasan dengan Eritrea.
Baca juga: Melihat Satu Dekade Investasi Cina di Afrika
Baca juga: Mengulik Afrika yang Terus Didera Konflik
“Ketegasan dan inisiatifnya dalam menyelesaikan konflik perbatasan dengan negara tetangga, Eritrea,” kata Komite Nobel Norwegia dikutip BBC.
Langkah perdamaian yang diperjuangkan Abiy dinilai sebagai inisiatif positif proses perdamaian Ethiopia dan Eritrea. Sehingga, Komite Nobel Norwegia berharap kesepakatan damai kedua negara mampu membantu terciptanya perubahan positif bagi penduduk Ethiopia dan Eritrea. (eda)
Editor: Eriec Dieda