Mancanegara

Presiden Assad Mulai Khawatir Perang Dunia Ketiga Dimulai dari Suriah

Presiden Suriah Bashar Al-Assad. (Foto: Louai Beshara/AFP/Getty Images)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Presiden Suriah Bashar Al-Assad mengaku sangat khawatir dengan konflik sipil di Suriah yang telah berlangsung dalam rentang waktu yang sudah sangat lama. Perang saudara di Suriah sudah berlangsung tujuh tahun yang diangap sebuah perang yang sangat rumit karena melibatkan berbagai pihak karena intervensi internasional. Perang Suriah tak terlepas dari gelombang protes besar-besaran tahun 2011 yang dikenal Arab Spring.

Presiden Assad menyatakan kekhawatirannnya bahwa perang saudara di Suriah bisa menjadi pemicu konflik global sekala penuh. Dia berpendapat, intervensi Amerika Serikat yang membantu para pemberontak dan kelompok oposisi Suriah, serta dukungan pasukan pemerintah Suriah dapat menyebabkan konflik langsung antar negara adidaya.

Baca juga: AS, Inggris dan Perancis Telah Memulai Perang Dunia Ketiga

“Saya berharap kita tidak melihat konflik langsung antara negara adidaya karena ini akan berada di luar kendali untuk seluruh dunia. Kondisi ini sudah melebihi situasi perang dingin, namun memang belum terjadi secara besar-besaran,” kata Presiden Assad dalam wawancara dengan surat kabar Yunani, Kathimerini seperti dikutip Daily Mail. Presiden Assad melanjutkan, jika bukan karena kebijaksanaan Rusia, dan mengikuti pola Presiden Donald Trump, maka perang dunia sudah pasti kembali meletus yang dimulai dari Suriah.

Baca Juga:  Tanah Adat Merupakan Hak Kepemilikan Tertua Yang Sah di Nusantara Menurut Anton Charliyan dan Agustiana dalam Sarasehan Forum Forum S-3

“Sejak kampanye Trump, agenda utamanya ialah menekan Rusia, menciptakan konflik dengan Rusia, menghina Rusia, merusak Rusia dan seterusnya,” ujar Assad. Menurutnya, Rusia memiliki peran besar untuk meredam konflik yang selama diciptakan Amerika Serikat, terutama di kawasan Suriah, setidaknya dalam kurun waktu tujuh tahun belakangan.

Baca juga: AS dan Israel Telah Memulai Perang Melawan Iran

Lebih lanjut, keputusan Presiden Trump menarik AS dari Perjanjian Nuklir Iran telah menciptakan ketegangan militer yang semakin meningkat di Timur Tengah. Sejumlah pertempuran yang melibatkan pasukan dari negara-negara Timur Tengah menjadikan Suriah sebagai medan perang.

Pertempuran terbaru meletus pada Kamis (10/5) di mana gerilyawan Suriah menembakkan sekitar 20 rudal yang menyasar Dataran Tinggi Golan yang dikuasai Israel. Kawasan ini memang terus memanas setelah Israel merebutnya dari tangan Suriah dalam perang pada 1967 silam, sebuah upaya aneksasi yang tak pernah diakui internasional.

Baca juga: AS dan Israel Telah Sepakat Bentuk Tim Gabungan untuk Menyerang Iran

Baca Juga:  Rezim Kiev Wajibkan Tentara Terus Berperang

Presiden Assad memperingatkan bahwa dukungan Barat dari faksi Suriah telah menyebabkan komplikasi dari perang saudara yang berpotensi dapat menyebabkan konflik meluas ke negara-negara tetangga dan menyeret lebih banyak negara.

“Turki, Perancis, siapapun mereka semua musuh selama mereka datang ke Suriah secara ilegal, mereka akan kami jadikan musuh,” tegas Assad.

Terkait masalah senjata kimia, Presiden Assad kembali menegaskan negaranya telah memenuhi resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).”Kami tidak memiliki senjata kimia sejak kami menyerahkannya pada tahun 2013. Organisasi Pelarang Senjata Kimia telah melakukan penyelidikan tentang masalah ini, dan jelas bahwa kami sudah tidak memilikinya lagi,” kata Assad. (red/nn/byu)

Editor: Eriec Dieda

Related Posts

1 of 3,150