NusantaraNews.co, Jakarta – Pengamat Ekonomi Universitas Indonesia, Athor Subroto mengatakan bahwa target pemerintah untuk menaikan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,5 persen, berat. Pasalnya, saat ini pemerintah lebih berkonsentrasi untuk membangun infrastruktur.
“Jadi saya kira agak berat ya, jika dibandingkan dengan target pemerintah yang pengen tumbuh lebih dari 5,5 persen bahkan 6 persen, seperti Jokowi bilang,” ungkap Athor saat dihubungi Nusantaranews.co, Selasa (7/11/2017).
“Sampai sejauh ini nggak mudah ya, karena fokus banget membangun infrastruktur fisik dan yang namanya infrastruktur itu dampaknya kan nggak cepet. Dan multiplier ekonomi ke yang lainya pun juga nggak cepet juga,” imbuhnya
Athor mengkritik pemerintah yang terlalu fokus pada pembangunan infrastruktur. Menurutnya, pembangunan infrastruktur secara tidak langsung telah mengorbankan kepentingan yang lain. “Nah, udah membuat masalah juga, udahng gak cepet dan hasilnya juga belum ada,” katanya.
“Kan nggak akan mudah menarget angka pertumbuhan dari 5,01untuk naik menjadi 0,5 atau lebih itu ngga mudah. Apalagi pemerintah sebenarnya tidak punya cukup uang untuk men-support itu, makanya pemerintah berusaha untuk meng-collect pajak,” terangnya.
Selain itu Athor melanjutkan ada ketidaknyambungan mengenai pengelolaan dana-dana yang dimiliki oleh pemerintah.
“Yang menjadi masalah menurut saya ke depan miss match anggaran. Jadi ada yang dana-dana yang memang sifatnya itu cepat jangan sampai salah alokasi investasi ke infrastruktur. Jadi dana-dana yang bersifat jangka pendek ya untuk jangka pendek, dana yang bersifat jangka panjang ya untuk jangka panjang karena kan kita nggak punya kontrol ke arah itu,” lanjutnya.
Oleh karena itu, Athor mengingatkan kepada pemerintah untuk mengevaluasi kembali rencana pemerintah yang untuk menggejot pembangunan infrastruktur.
“Dampak dari pembangunan infrastruktur itu tidak serta merta mendapatkan hasil yang bersifat multiplier effect ekonomi yang cepat, maka masih banyak orang-orang yang masih pretensi untuk konsumtif padahal ingin kebutuhan kita adalah konsumsi,” pungkasnya.
Pewarta: Syaefuddin A
Editor: Ach. Sulaiman