OpiniPolitikSpiritual

Parpol Minus Pendidikan Politik

Parpol Minus Pendidikan Politik. (FOTO: NUSANTARANEWS.CO)
Parpol Minus Pendidikan Politik. (FOTO: NUSANTARANEWS.CO)

NUSANTARANEWS.CO – Genderang pesta demokrasi sudah mulai menggema di tengah masyarakat. Sekalipun pelaksanaannya masih jauh, namun keberadaan partai politik (Parpol) sudah bisa diendus masyarakat dari sekarang. Parpol yang akan mengikuti pemilu 2019 ada 20 partai, dengan bermunculan beberapa partai baru salah satunya PSI (Partai Solidaritas Indonesia) tapi masih didominasi partai lama. (rumahpemilu.org, 11/4)

Bagaimana kabar partai-partai ini menjelang pemilu 2019? Apa yang mereka lakukan untuk menghadapi pemilu 2019? Sudahkah mereka memberikan pencerdasan politik kepada masyarakat sebelum pemilu 2019 digelar?

Baca Juga:

Masih terlalu dini menilai parpol ini sekarang, mengingat musim kampanye belum dimulai apalagi parpol baru yang masih jauh dari pengalaman. Tapi bukan berarti kemampuan parpol tak bisa diukur terutama berkaitan dengan pendidikan politik yang merupakan salah satu fungsi parpol. Apalagi keberadaan partai senior yang sudah cukup mapan berpolitik agaknya sudah cukup waktu yang memadai untuk memiliki kemampuan ini.

Baca Juga:  Andi Muhammad Akbar Serahkan Formulir Bakal Calon Bupati Nunukan ke PDI Perjuangan

Ada dua hal yang menjadi parameter: Pertama, masyarakat tak apatis terhadap bahasan politik. Masyarakat menjadi paham apa hakekat politik sebenarnya. Kedua, parpol secara terang-terangan dan berkesinambungan memberikan pendidikan politik kepada masyarakat. Dua hal ini sama-sama penting dan saling berhubungan. Masyarakat saat ini masih menganggap bahwa politik itu kotor, politik itu ngeri, politik itu rebutan kekuasaan atau bagi-bagi kekuasaan. Ini adalah persepsi yang salah dan pemikiran masyarakat yang keliru ini harus segera dibersihkan. Hakekat politik menurut Syekh Taqiyuddin An-Nabhani dalam buku An Nizham Hukmi fil Islam bahwa politik (siyasah) adalah pengaturan urusan masyarakat baik di dalam maupun luar negeri dengan hukum-hukum tertentu dan dilakukan secara praktis oleh penguasa, dikontrol dan diawasi masyarakat. Inilah definisi politik secara utuh yang harus dipahami masyarakat. Sehingga masyarakat tak terkesan menghindar atau menjauh apabila ada bahasan politik di tengah-tengah masyarakat.

Sementara yang kedua, menyoroti aktivitas politik parpol. Apakah fungsi edukasi sudah melekat kuat dalam tubuh parpol? Cukup ironis, jika masih banyak parpol yang tersibukkan dengan aktivitas kampanye, mengumbar janji-janji politiknya, menyampaikan program kerjanya, namun tak satupun aktivitasnya yang memberikan pendidikan politik kepada masyarakat. Masyarakat yang masih awam, banyak yang tak meminta kebutuhan akan pendidikan politik mereka kepada parpol.  Tak banyak pula yang sadar dan mencari sendiri pendidikan politik lewat media yang ada, namun belum tentu pendidikan politik yang didapat adalah pendidikan politik yang benar.

Baca Juga:  DPC PDIP Nunukan Buka Penjaringan Bakal Calon Kepala Daerah Untuk Pilkada Serentak 2024

Partai politik seharusnya memahami betul akan arti pentingnya politik, selain pendidikan politik ini wajb dimiliki anggotanya juga perlu diberikan kepada masyarakat. Sehingga masyarakat tak buta politik, tak menganggap politik sebelah mata. Maka sudah sewajarnya partailah yang mendidik masyarakat dengan pendidikan politik yang benar. Sehingga dengan posisinya sebagai partai politik memberikan kecerdasan politik akan mampu mengontrol pemikiran dan perasaan masyarakat untuk digerakkan, menjadi pendukungnya atau bahkan tak menutup kemungkinan menjadi kadernya. Inilah wadah pengkaderan yang hakiki atau dengan kata lain partailah yang akan menentukan pembinaan masyarakat ini secara rutin dan berkala tak hanya saat mendekati pemilu saja.

Realitanya, sejak pemilu pertama hingga kini parpol masih abai terhadap fungsi edukasi kepada masyarakat. Mereka hanya melakukan fungsi legislasi dengan cara bagaimana mendapatkan suara terbanyak dalam pemilu untuk meraih kekuasaan. Kalaupun melakukan legislasi itu hanya dilakukan pada saat menjelang pemilu saja. Maka sekali lagi mereka melakukan kegagalan yang berulang, mereka tak mampu menyatu dengan masyarakat lebih parah lagi masyarakat tak peduli keberadaan mereka. Masyarakat hanya peduli dengan kaos gratis, uang gratis bukan dengan visi misi partai yang akan membawa perubahan karena masyarakat belum melek politik.

Baca Juga:  Apakah Orban Benar tentang Kegagalan UE yang Tiada Henti?

Maka sudah sepatutnya parpol memberikan fasilitas kepada masyarakat dalam memahami secara betul konsep politik yang hakiki sehingga masyarakat tak salah menentukan pilihan kendaraan mana yang mampu sampai pada tujuan politik yang hendak diraih. Dan sikap berpolitik ini sebenarnya sangat dianjurkan Rasulullah, dalam sabdanya: “Barangsiapa yang bangun di pagi hari dan ia tidak memperhatikan urusan kaum muslimin, maka ia tidaklah termasuk golongan mereka (kaum muslimin).” (HR. Thabrani dari Abu Dzar Al Ghiffari)

Penulis: Dian AK, Women Movement Institute

Related Posts

1 of 3,063