NUSANTARANEWS.CO – Donald Trump resmi dilantik sebagai Presiden Amerika Serikat ke 45 di Gedung Capitol, Washington DC, waktu setempat (20/01/2016). Mengawali tugasnya sebagai pucuk pimpinan darai tanah Paman Sam itu, Trump berhasil membius rakyat AS dengan pidato resmi perdanya.
Atas kehendaknya, Trump mengaku bahwa pidato yang disampaikan, ia cipta sendiri. Sehingga, ketika disampaikan ada ruh dan semangat dari setiap kalimat yang diperdengarkan ke seluruh penjuru Amerika.
“Anda (rakyat AS) tidak akan pernah diabaikan lagi. Suara Anda, harapan Anda, dan impian Anda, akan menentukan nasib kami, nasib Amerika. Sementara keberanian, kebaikan, dan cinta Anda, akan membimbing kita sepanjang jalan untuk selamanya,” seru Trump sebelum mengakhiri pidatonya.
“Bersama-sama kita akan membuat Amerika kuat lagi. Kami akan membuat Amerika kaya lagi. Kami akan membuat Amerika bangga lagi. Kami akan membuat Amerika aman lagi. Dan ya, bersama-sama kita akan membuat Amerika jaya lagi. Terima kasih, Tuhan memberkati Anda, dan Tuhan memberkati Amerika,” sambung Trump mengakhiri pidatonya penuh deru semangat untuk Amerika dan rakyatnya.
Persis dengan komitmen yang Trump sampaikan dalam kampanye-kampanye sebelumnya, diamama dirinya bersama seluruh rakyat akan membangun Amerika dan dunia di masa mendatang.
“Kami akan menghadapi tantangan. Kami akan menghadapi kesulitan. Tapi kita akan mendapatkan pekerjaan yang dilakukan,” kata Trump.
Karenanya, Trump begitu optimis bahwa, di hari pelantikan dirinya, mengandung arti dan makna khusus. “Karena hari ini kita tidak hanya mentransfer kekuasaan dari satu pemerintahan ke pemerintahan yang lain, atau dari satu pihak kepada pihak lain – tetapi kami sedang memindahkan kekuasaan dari Washington DC dan memberikan kembali kepada Anda, orang-orang Amerika,” tegasnya.
Tak hanya itu, Trump pun menyerukan soal anti kemapanan dimana selama ini kaum mapanoleh menurutnya tidak peduli terhadap rakyat AS. Sehingga Trump perlu mengkritiknya.
“Sudah terlalu lama, sebuah kelompok kecil di ibukota negara kita telah menuai manfaat dari pemerintah, sedangkan rakyat menanggung biayanya. Politisi hidup makmur, tetapi kaum pekerja tertinggal di belakang dan pabrik-pabrik tutup. Pembentukan dilindunginya sendiri, tetapi bukan warga negara kita,” serunya lagi penuh semangat yang berkobar. (Sulaiman)