Mancanegara

Kunjungan Langka Netanyahu ke Dataran Tinggi Golan

NUSANTARANEWS.CO – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan pejabat keamanan melakukan kunjungan ke Dataran Tinggi Golan, Suriah. Ia menyebut, musuh-musuh Israel terus berupaya menentang dan menguji tekad Israel untuk menguasai secara penuh kawasan yang disengketakan Suriah-Israel tersebut. Ini merupakan kunjungan langka yang dilakukan pejabat tinggi Israel.

Dalam lawatannya ke wilayah yang diduduki Israel tersebut Netanyahu menegaskan Angkatan Pertahanan Israel (IDF) memiliki peralatan dan sarana untuk menagkis serangan musuh. Musuh dalam konteks ini tak lain adalah milisi Hizbullah yang sejak lama menjadi rival terkuat IDF.

“Kami mencari perdamaian, tapi selalu siap menghadapi skenario apapun, dan saya tidak ingin ada pihak-pihak yang mencoba menguji kekuatan kami,” kata Netanyahu dikutip Russia Today, Rabu (7/2/2018).

Di Golan, pejabat tinggi Israel tersebut mengunjungi sebuah titik pengamatan militer yang terletak di sekitar 3 kilometer dari jalur gencatan senjata tahun 1974 silam. Netanyahu dan pejabat tinggi Israel lainnya melihat-lihat wilayah Suriah.

Baca Juga:  Apa Arti Penyebaran Rudal Jarak Jauh Rusia Bagi Skandinavia?

Wilayah Dataran Tinggi Golan merupakan bagian dari kegubernuran Quneitra, Suriah yang terletak di atas 1.010 meter permukaan laut. Mengutip Wikipedia, Quneitra didirikan oleh Kekaisaran Ottoman sebagai tempat persinggahan kafilah yang menuju ke Damaskus. Setelah itu kota ini menjadi kota garnisun dengan penduduk sebesar 20.000 jiwa yang tempatnya strategis di dekat garis gencatan senjata dengan Israel.

Sejak tahun 1967, Israel telah menduduki Dataran Tinggi Golan. Israel merebut 1.200 kilometer persegi dari Dataran Tinggi Golan dari Suriah dalam Perang Enam Hari tahun 1967 dan kemudian mencaploknya dalam sebuah langkah yang tidak pernah diakui oleh masyarakat internasional.

Tel Aviv kemudian mengumumkan penggabungan wilayahnya di kawasan tersebut pada tahun 1981 silam, di mana keputusan tersebut dikutuk oleh PBB.

Sejak saat itu dan hingga kini Dataran Tinggi Golan terus menyulut ketegangan Israel dengan Suriah. Israel berupaya keras untuk menganeksasi Dataran Tinggi Golan ini bertahun-tahun tetapi selalu mendapatkan perlawanan sengit dari pasukan militan.

Baca Juga:  Keingingan Zelensky Meperoleh Rudal Patriot Sebagai Pengubah Permainan Berikutnya?

Dan bahkan, pada perang 33 hari tahun 2006 silam melawan Hizbullah Israel kalah. Perang Israel-Hizbullah ini banyak menewaskan pasukan Israel sampai akhirnya IDF memutuskan mundur. Perang itu menjadi peristiwa berharga IDF untuk mengevaluasi kekuatan militernya.

Dengan kata lain, Hizbullah saat ini sudah sangat kuat. Konflik Suriah yang dimanfaatkan Israel untuk menciptakan kekacauan dengan mendukung pasukan oposisi pemerintahan Bashar Al-Assad. Sayangnya, upaya Israel gagal total karena nyatanya barisan oposisi terpukul mundur. Sementara di sisi lain, Iran juga memanfaatkan kekacauan tersebut untuk menyebarkan pengaruhnya dengan membantu Presiden Bashar menumpas pasukan oposisi. Upaya Iran bisa dibilang sukses dan Hizbullah di Suriah semakin kuat. Dan kekuatan tersebut telah membuat Israel khawatir dan cemas. (red)

Editor: Eriec Dieda

Related Posts

1 of 3