Mancanegara

Netanyahu Siap Mencaplok Tepi Barat dan Mengakhiri Solusi Dua Negara

Netanyahu & Trump

NUSANTARANEWS.CO – Kemenangan partai koalisi yang mendukung Benjamin Netanyahu dalam pemilu Israel, jelas merupakan kabar buruk bagi perjuangan bangsa Palestina yang ingin mendirikan sebuah negara merdeka yang berdaulat di Tepi Barat dan Jalur Gaza.

Menjadi kabar buruk, karena koalisi Partai Likud dengan partai-partai sayap kanan ekstrem adalah pendukung garis keras terbitnya Undang-Undang Kebangsaan Yahudi, yang bersifat diskriminatif dan rasisme. Dengan raihan 65 kursi dari 120 kursi di Knesset, maka dengan mudah akan bisa ditebak kebijakan apa yang akan diambil oleh Netanyahu yang untuk kelima kalinya menjabat sebagai perdana menteri Israel.

Seperti diketahui, tiga hari sebelum terpilih, Netanyahu telah berkoar-koar menyatakan rencananya untuk mencaplok Tepi Barat. Bila hal ini terjadi, maka hancurlah impian solusi dua negara. Dengan kata lain, tamatlah sudah perjuangan bangsa Palestina untuk mendirikan sebuah negara merdeka yang berdaulat. Pilihannya tinggal satu: satu-negara dengan hak demokrasi yang sama.

Apakah pilihan ini menjadi lebih realistis bagi bangsa Palestina? Pilihan satu negara tampaknya akan menjadi lebih realistis di abad 21 ini. Dan secara mental, bangsa Palestina tampaknya akan lebih siap dibanding bangsa Israel untuk hidup berdampingan dalam satu negara.

Baca Juga:  Belgia: Inisiatif Otonomi di Sahara Maroko adalah Pondasi Terbaik untuk Solusi bagi Semua Pihak

Ini bukan mimpi, ini adalah fakta bahwa Netanyahu menghancurkan solusi dua negara. Jadi tidak ada opsi lain. Tinggal bagaimana bangsa Palestina mencari opsi alternatif.

Untuk itu, bangsa Palestina kini dituntut harus mampu mengandalkan diri sendiri kembali membangun struktur dan front persatuan nasional yang demokratis – karena masalah Palestina sekarang adalah hilangnya struktur demokrasi yang telah dibangun selama ini, dan menyusutnya ruang masyarakat sipil.

Jadi memang perlu partisipasi masyarakat yang lebih luas bagi bangsa Palestina untuk membangun persatuan nasional. Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) bisa saja menjadi struktur itu jika memilih untuk memisahkan diri dari Otoritas Palestina (PA) dan kembali ke perannya sebagai pemimpin gerakan nasional Palestina. (Banyu)

Related Posts

1 of 3,064