NUSANTARANEWS.CO, Jerman – Sekelompok suporter sepakbola di Jerman terpaksa harus berurusan dengan pihak kepolisian lantaran mengenakan simbol gerakan rasis Ku Kluk Klan.
Adalah suporter klub FC Energie Cottbus yang kedapatan mengenakan simbol Ku Kluk Klan tersebut di jalanan di kota Jerman pada Senin (28/5) lalu. Deutsche Welle melaporkan pihak klub dilaporkan mengecam ulah para suporternya tersebut di mana di jalanan mereka mengenakan tudung yang menjadi simbol Klu Kluk Klan.
“Kami merasa sangat sedih dengan kenyataan beberapa orang melalui ulah mereka justru merusak sukacita kemenangan dan merusak citra puluhan ribu penggemar Energie dan klub,” kata pihak klub sepakbola asal kota Cottbus tersebut dalam sebuah pernyataan.
Baca juga: Bentrokan Rasialis Kembali Mengguncang Amerika Serikat
Energie Cottbus adalah klub sepakbola profesional dari Kota Cottbuss dan bermain di kasta kedua Bundesliga musim depan usai memastikan promosi pada Minggu (27/5) setelah bermain imbang 0-0 melawan SC Weiche Flensburg.
Dieses Foto soll Anhänger von @nur_energie zeigen, die während der heutigen Aufstiegsfeierlichkeiten in #Cottbus im Stil des Ku-Klux-Klan posierten. #kkk #scwfce #cottbus #nazis #b2705 #nazisrausausdenstadien pic.twitter.com/FkZLclFJxG
— Jüdisches Forum (@JFDA_eV) May 27, 2018
Namun perayaan promosi Energie Cottbus harus ternodai oleh ulah beberapa suporternya yang mengenakan simbol gerakan rasis Ku Kluk Klan. Klub mengecam sekaligus mengancam para suporter itu akan dilarang seumur hidup menyaksikan pertandingan Energie Cottbus jika benar teridentifikasi oleh pihak kepolisian. Polisi mengatakan mereka telah meluncurkan penyelidikan atas insiden itu, tetapi belum memberikan informasi lebih lanjut.
Gerakan Ku Klux Klan muncul di Amerika Serikat dan berawal sejak abad ke-19. Gerakan ini mengadopsi ideologi radikal yang mengadvokasi supremasi orang kulit putih, diskriminasi ras dan anri imigran.
Sebetulnya penggunaan simbol seperti itu, sayap kanan, sudah menyebar luas di kota-kota Jerman Timur menyusul keterbukaan pemerintahan pusat terhadap masuknya imigran ke negara tersebut sejak tahun 2015 silam. Sentimen terhadap imigran ini bahkan telah menjadi kampanye politik nasional untuk menumbangkan kepemimpinan Kanselir Jerman Angela Merkel.
Bahkan, partai sayap kanan Jerman telah berhasil masuk parlemen untuk pertama kalinya setelah hampir enam dekade. (red/ed/nn)
Editor: Almeiji Santoso