NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Rencana pemerintah yang hendak mengimpor liquefied natural gas (LNG) atau gas alam cair dari Singapura mendapat tanggapan serius dari Peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Salamuddin Daeng. Dirinya mengaku ini sebagai petanda akhir zaman.
“Dunia kebolak balik. Pemerintah Jokowi impor gas dari Singapura, dunia pasti terkaget-kaget, bahkan ada yang jantungan, bagaimana mungkin negara yang kaya akan gas tiba-tiba jadi importir gas. Apakah ini dalam rangka persiapan dana pemiliu 2019?” ungkap Daeng, Selasa (12/9/2017).
Sebagaimana diketahui, meningkatnya kebutuhan domestik membuat Indonesia diperkirakan akan mulai melakukan impor gas pada 2019. Menurut perhitungan Kementerian ESDM, Indonesia membutuhkan impor gas sebanyak 1.777 Bbtud pada 2019 dan akan meningkat menjadi 2.304 Bbtud pada 2025.
“Apa daya, dunia memang sudah kebolak-balik. Kalau kita tanya dunia bagaimana posisi Indonesia dalam gas? Indonesia adalah salah satu negara dengan cadangan, produksi dan eksportir gas terbesar di dunia,” sambungnya.
Saat ini kata dia, cost recovery migas bertambah, tapi ironisnya produksi migas justru menurun. Hal ini tentu sangat sulit dirasionalkan. Mengingat biaya bertambah 3-4 kali lipat, tetapi produksi berkurang separuh.
“Ini memang susah dibuktikan. Namun praktek ekploitasi migas sekarang tidak rasional untuk dilogikakan,” tegas Daeng.
Merujuk data SKK Migas produksi gas domestik pada 2016 mencapai 7.938 juta kaki kubik per hari (MMscfd) turun 140 MMscfd dari tahun sebelumnya. Sementara produksi minyak dan kondensat sebesar 831 ribu barel minyak per hari (Mbopd) meningkat 45,3 Mbopd dari tahun sebelumnya sebesar 785,8 Mbopd. Sedangkan total produksi minyak, kondensat dan gas Indonesia pada 2016 mencapai 2.213 ribu setara barel minyak per hari (Mboepd), turun 15 Bboepd dari tahun sebelumnya, yaitu 2.228 Mboepd.
Indonesia adalah negara produsen gas terbesar di Asia Facifik tempat Indonesia dan Singapura berada. “Indonesia was the second largest natural gas producer in the Asia Pacific,” ujar Daeng. Indonesia lanjut dia juga merupakan salah satu negara eksportir Gas Alam Cair (LNG) terbesar di dunia. Sebagian besar gas diekspor ke Jepang, Korea dan Singapura.
Yang tak habis pikir olehnya, Indonesia kini berencana impor gas dari Singapura. Baginya itu sebagai sesuatu sulit dinalar. “Kita impor dari Singapura itu semakin aneh. Karena Singapura tidak punya cadangan migas,” ungkapnya.
“Jadi apakah benar bahwa Indonesia impor gas dari Singapura ini adalah salah satu tanda akhir zaman?” terangnya.
Pewarta/Editor: Romandhon