Budaya / SeniKhazanah

Denny JA Klaim Puisi Esai Sebagai Temuan Baru, Sastrawan: Ngawur!

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Sastrawan kelahiran Bangka Belitung Sunlie Thomas Alexander mengatakan, klaim terhadap puisi esai sebagai genre baru puisi Indonesia adalah klaim yang ngawur.

Selama ini, sejak kemunculannya, Dennya JA datang dengan karyanya berupa puisi panjang dengan menggunakan catatan kaki. Bentuk ini yang kemudian diklaimnya sebagai temuan baru atau angin segar bagi sastra Indonesia.

Sunlie mencontohkan, penyair Inggris Abad XVIII, Alexander Pope namanya, dulu sudah menuliskan bentuk semacam ini dalam buku berjudul “An Essay on Man”. Pope menuliskan esai filosofis dengan bentuk puisi yang terdiri empat bab dengan pokok bahasan topik tentang kemanusiaan.

“Jadi klaim Denny itu ngaur!,” kata salah satu pemenang Sayembara Kritik Sastra Dewan Kesenian Jakarta 2017 itu saat dihubungi NusantaraNews.co, via sambungan telepon, Senin (22/1/2018).

Puisi yang bercatatan kaki, terang Sunlie, bukanlah hal baru dalam sastra Indonesia. “Puisi yang bercatatan kaki sudah ada Barat. Di Indonesia pun juga ada yang menulis. Walaupun tidak dengan catatan kaki yang banyak,” kata Pegiat sastra di Yogyakarta itu.

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

Sunlie mengaku dirinya pernah menulis puisi menggunakan catatan kaki, begitu pula dengan rekan-rekan penyairnya yang lain seperti Raudal Taujung Banua. Namun, lanjut dia, tidak lantas menyebut puisi yang ditulisnya sebagai puisi esai, apalagi mau disebut sebagai sebuah temuan baru.

“Gunawan Maryanto dan Cerpenis sekaliber Seno Gumira Adjidarma misalnya, kedua cerpenis ini punya karya cerpen yang bercatatan kaki. Tapi, apakan Seno menyebutnya sebagai cerpen esai? Tidak,” tegas Sunlie.

Sunlie menambahkan, esai merupakan sebuah tulisan (karya prosa) yang membahas suatu persoalan dari perspektif pribadi. Yang mana menurut Denny, syaratnya mesti dilengkapi catatan kaki.

“Siapa yang mengharuskan esai itu bercatatan kaki? Tak harus. Tulisan yang wajib menggunakan catatan itu adalah makalan ilmiah. Goenawan Mohamad misalnya, dia menulis esai dalam Catatan Pinggirnya tidak serta-merta menggunakan catatan kaki,” jelas Sunlie.

Baca: Denny JA Tetap Lanjutkan Proyek Puisi Esai Meski Ditolak Beramai-ramai

Pewarta/Editor: Achmad S.

Related Posts

1 of 18