NusantaraNews.co, Jakarta – “Myanmar Negara peraih Nobel kini telah menjadi Negara Penjahat Kemanusiaan”, demikian ungkap Pemerhati Kemanusiaan International, Burhan Saidi. HSB.
Konflik yang terjadi di Myanmar dimana etnis Rohingya harus terusir dari tanah kelahirannya dan harus terenggut kedamaiannya itu, kata Burhan Saidi, bukan soal Muslim atau non Muslim persoalannya. Tetapi soal kamusiaan.
Karenanya, dia dengan lantang dan tegas menyatakan bahwa, tragedi Pemerintahan Meliter Myanmar yang membunuh Muslim Rohingya adalah kejahatan atas kemanusiaan. “Bagi kita sebagai Anak Bangsa Indonesia selalu diingatkan dalam Pembukaan UUD45,” katanya, Kamis malam (31/8/2017) dalam pesan WhastApp-nya.
Adapun bunyinya: “Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan. Karena tidak sesuai dengan Pri kemanusiaan dan Pri keadilan”.
Hari ini, kata Ketua Umum SPPI itu, mungkin Muslim yang dibantai, di waktu lain bisa jadi Non Muslim yang menjadi korban. “Maka atas nama Kemanusiaan selayaknya Pemerintah RI memanggil pulang Duta Besarnya dari Negara tersebut. Dan segera mengusir Diplomat Myanmar dari Indonesia,” cetusnya.
“Serta RI harus mendesak kepada Asean untuk segera mengadakan Rapat Pemberian Sanksi kepada Myanmar atau bila perlu Memecat Myanmar dari keanggotaan Asean,” imbuhnya.
Selanjutnya, sambung Wasekjen LMP itu, mengutus Diplomat Indonesia yang berada di United Nation (UN)/ Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) untuk mengajukan Protes terhadap Myanmar. Dan melaporkan Myanmar sebagai Penjahat Kemanusiaan ke Dewan Pengadilan International di Den Haag Belanda.
Ia pun meminta pemberian penghargaan Nobel “perdamaian” atas Myanmar untuk dicabut atau dibatalkan. “Membunuh anak anak, perempuan, orang tua adalah kejahatan kemanusiaan yang tidak boleh terjadi di abad Modern saat ini. Dimana semua manusia berhak untuk hidup dan berkehidupan,” kega Burhan.
Ditambahakannya, ketika diantara negara dari dunia belahan yang jauh saling membangun kebersamaan dan ingin berbagi. Negara Myanmar malah memberikan contoh sebagai Negara yang tidak bersahabat terhadap manusia. “Bukan saja kepada manusia dari Negara lain, bahkan kepada rakyatnya sendiri mereka berbuat zolim, menyiksa, membunuh bahkan membumihanguskan,” ucapnya.
“Mari selamatkan Rohingya. Mari hentikan keganasan Myanmar. Mari kita bangun Dunia tanpa pembunuhan, tanpa peperangan dan tanpa saling membumihanguskan peradaban,” seru Burhan Saidi.
Pewarta/Editor: Ach. Sulaiman