Budaya / SeniPuisi

Cinta Rabi’ah dan Cintaku – Puisi Yanwi Mudrikah

WANITA

uang dan pot bunga
bunga kering di atas meja

wanita dan bunga
sama berharap keabadian wanginya

bukan hati yang dibanting di meja kehidupan

purwokerto, 10 januari 2015

WANITA PERCAYA KEPADA KATA

wanita percaya kepada kata
sekalipun dia tahu sering kosong makna

tetapi perempuan bermata cinta
di tengah hidup penuh kemasan

prasangka baiknya menjadi realita

purwokerto, 11 januari 2015

CINTA RABI’AH DAN CINTAKU

kucintai Kau dengan dua cinta
cinta untuk diriku, dan cinta sebab Kau patut dicinta
syair rabi’ah al-adawiyah merajah hatiku

tetapi kucinta Kau dengan dua cinta juga
cinta kepada Kau, dan cinta kepadanya

tetapi mengapa aku senantiasa mengingatnya
dan selalu melupakan-Mu?

purwokerto, 16 januari 2015

WANITANYA RUMI DAN WANITAMU

teringat jalaluddin rumi
teringat kamu kekasihku

“wanita adalah seberkas sinar Tuhan;
ia bukan kekasih lelaki yang duniawi,” ujar rumi

“siapa yang menang bicara dengan wanita
dia lebih perempuan daripada perempuan

Baca Juga:  Ketum APTIKNAS Apresiasi Rekor MURI Menteri Kebudayaan RI Pertama

bukankah lelaki mulutnya cuma satu?” pandangmu, melucu.

purwokerto, 16 januari 2015

JARAK

pada senja berikutnya ia datang padaku
menyapa dan bertanya
sepagi apakah impianmu, kekasih?

angin terasa panjang
jarak antara waktu dan aku seperti malam dan purnama
tetapi doa-doa belum menjadi cahaya

purwokerto, 15 maret 2015

JALAN CINTA

tak sanggup lagi mengucap apapun
karena segalanya masih mewujud doa
yang kita tidak tahu pasti
kapan bertemu ujung maupun pangkalnya

jalan hidup kita begini
jalan cinta kita begini
abadi sampai tutup buku
hingga senja tak pernah tampak lagi

purwokerto, 18 maret 2015

Yanwi Mudrikah
Yanwi Mudrikah

Yanwi Mudrikah, lahir di desa Darmakradenan, Ajibarang, Banyumas, 12 Agustus 1989. Dia pernah memenangkan Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) sebagai Juara Harapan I antar-PTAI se-Jawa Tengah yang diselenggarakan STAIN Pekalongan.

Tulisannya pernah dipublikasikan di media massa, seperti Indopos dan Suara Pembaruan (Jakarta), Minggu Pagi (Yogyakarta), dan Majalah Mayara (Surabaya). Cerpennya dalam antologi Bukan Perempuan (STAIN Press, 2010).

Baca Juga:  Pencak Silat Budaya Ramaikan Jakarta Sport Festival 2024

Sepuluh sajaknya terdokumentasi dalam antologi Pilar Penyair (Obsesi Press, 2011); duapuluh sajaknya terdokumentasi dalam antologi Pilarisme (Obsesi Press, 2012); dan Sembilan sajaknya terdokumentasi dalam antologi Pilar Puisi (Penerbit STAIN Press, Purwokerto, 2013).

Rahim Embun buku puisi tunggalnya, menghimpun 64 judul sajak, dengan kata pengantar Hanna Fransisca dan kata penutup Dimas Indianto S (Penerbit Mitra Media, Yogyakarta, 2013).

Penyair ini lulus Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I.) dari Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto, dan lulus Magister Pendidikan (M.Pd.) dari Pendidikan Bahasa Indonesia (PBI) Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP).

Dia juga berprofesi sebagai Guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Kejuruan Diponegoro Purwokerto, dan sebagai Dosen Bahasa Indonesia di STIMIK-AMIKOM Purwokerto.

__________________________________

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected].

Related Posts

1 of 136