Budaya / SeniPuisi

Selamat Pagi, Kartini – Puisi HM. Nasruddin Anshoriy Ch

SELAMAT PAGI, KARTINI

Pagi ini suara perkutut itu sudah tiada
Joglo megah dari kayu jati
Yang menjadi istana Bupati
Sudah pindah ke kota

Pantai Jepara yang dulu bersih
Kini juga sudah bertabur sampah
Kenanganmu dan kenanganku
Seperti suara piano tua
Yang kian kehilangan nada

Ombak berkejaran mencari pantai
Batu-batu karang diam
Di kedalaman
Zaman sudah berubah
Senja merayap berganti malam

Selamat pagi Kartini
Surat-surat yang kau kirimkan
Lewat deburan ombak
Kini telah menjelma batu karang
Kabut tak kunjung hanyut
Gelap masih juga menyekat

Pagi ini kutulis puisi untukmu
Bukan soal kegelapan yang tak kunjung sirna
Tapi tentang sanggul pada rambutmu
Dan baju kebaya

Maafkan aku, Kartini
Jika gelap dan terang isi dunia
Telah kutulis menjadi buku
Agar segala nestapa
Yang pernah kau gendong dalam selendang sejarahmu
Menjadi ilmu bagi anak-cucu

Pagi ini kukabarkan padamu
Jika kini ke sembilan cucu perempuanmu sudah beranjak dewasa
Tanpa sanggul dan kain kebaya
Mereka telah memetik terang
Di bumi Indonesia

Susi yang tak tamat SMA
Kini begitu perkasa
Dan mampu menenggelamkan ratusan kapal
Pada hitungan mundur kelima

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

Sri yang baru pulang dari mancanegara
Kini menjadi Ibu dari segala bendahara
Menghitung uang trilyun tiap harinya

Khofifah yang dulu tinggal di desa
Kini sibuk menyantuni korban bencana
Juga membagi bingkisan
Bagi fakir-miskin dan kaum papa

Retno yang kuliah di Gadjah Mada
Kini sibuk mengurusi dunia
Menjamu tamu-tamu istimewa mancanegara
Raja Salman contohnya

Yohana yang lahir di bumi Papua
Kini menjadi pewarismu
Menyalakan obor bagi wanita
Agar terang jalan hidupnya

Nurbaya yang nasibnya lebih baik
Dari legenda Siti Nurbaya
Kini sibuk menjaga hutan
Agar asapnya tak mengganggu
Negeri tetangga

Nila yang tak pernah muluk bermimpi
Kini sibuk mengurus flu burung
Dan faksin palsu
Agar tak memalukan bangsa sendiri

Sedangkan Rini
Cucumu yang gesit itu
Kini nasibnya sangat berarti
Garuda di tangan kanan
Pertamina di tangan kiri

Sedang Maharani
Benar-benar telah menjadi putri sejati
Kekuasaannya begitu perkasa
Tak tertandingi siapa pun juga

Selamat pagi Kartini
Kukirimkan puisi ini dengan hati-hati
Agar tak ada yang terlukai

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

Sebab hari ini
Untuk berdandan di salon saja
Harus sabar mengantri
Eyeshadow dan gincu
Harus diimpor dari luar negeri

(Gus Nas – Jogja, 21 April 2017)

Gus Nas
Gus Nas

*HM. Nasruddin Anshoriy Ch atau biasa dipanggil Gus Nas mulai menulis puisi sejak masih SMP pada tahun 1979. Tahun 1983, puisinya yang mengritik Orde Baru sempat membuat heboh Indonesia dan melibatkan Emha Ainun Nadjib, HB. Jassin, Mochtar Lubis, WS. Rendra dan Sapardi Djoko Damono menulis komentarnya di berbagai koran nasional. Tahun 1984 mendirikan Lingkaran Sastra Pesantren dan Teater Sakral di Pesantren Tebuireng, Jombang. Pada tahun itu pula tulisannya berupa puisi, esai dan kolom mulai menghiasi halaman berbagai koran dan majalah nasional, seperti Horison, Prisma, Kompas, Sinar Harapan dll.

Tahun 1987 menjadi Pembicara di Forum Puisi Indonesia di TIM dan Pembicara di Third’s South East Asian Writers Conference di National University of Singapore. Tahun 1991 puisinya berjudul Midnight Man terpilih sebagai puisi terbaik dalam New Voice of Asia dan dimuat di Majalah Solidarity, Philippines. Tahun 1995 meraih penghargaan sebagai penulis puisi terbaik versi pemirsa dalam rangka 50 Tahun Indonesia Merdeka yang diselenggarakan oleh ANTV dan Harian Republika.

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

Menulis sejumlah buku, antara lain berjudul Berjuang Dari Pinggir (LP3ES Jakarta), Kearifan Lingkungan Budaya Jawa (Obor Indonesia), Strategi Kebudayaan (Unibraw Press Malang), Bangsa Gagal (LKiS). Pernah menjadi peneliti sosial-budaya di LP3ES, P3M, dan peneliti lepas di LIPI. Menjadi konsultan manajemen. Menjadi Produser sejumlah film bersama Deddy Mizwar.

Sejak tahun 2004 memilih tinggal di puncak gunung yang dikepung oleh hutan jati di kawasan Pegunungan Sewu di Selatan makam Raja-Raja Jawa di Imogiri sebagai Pengasuh Pesan Trend Budaya Ilmu Giri. Tahun 2008 menggagas dan mendeklarasikan berdirinya Desa Kebangsaan di kawasan Pegunungan Sewu bersama sejumlah tokoh nasional. Tahun 2013 menjadi Pembicara Kunci pada World Culture Forum yang diselenggarakan Kemendikbud dan UNESCO di Bali.

__________________________________

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resinsi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected].

Related Posts

1 of 125