InspirasiKreativitas

Anak-anak Rajin Ke TBM Desa Muara Gadingmas, Sayang Koleksi Buku Sangat Minim

NUSANTARANEWS.CO – Indonesia dikenal sebagai negara yang tingkat bacanya rendah. Kendati hal itu dibuktikan dengan hasil survei lembaga penelitian internasional, tidak sedikit orang yang menganggap sebaliknya. Artinya, minat baca bangsa Indonesia sejatinya tidak rendah. Hanya saja, terbatasnya buku, membuat anak bangsa tidak membaca buku dan dimungkinkan anak bangsa membaca apa saja selain buku.

Hal itu terbukti dengan adanya ribuan ratusan (mungkin ribuan) Taman Baca Masyarakat yang didirikan oleh para penggerak letarasi, ramai dikunjungi oleh masyarakat setempat. Salah satunya contohnya seperti yang terjadi di Desa Muara Gadingmas Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur.

Di Desa nelayan, Muara Gadingmas terdapat perpustakaan atau taman baca yang ternyata setiap harinya tidak sepi dikunjungi oleh anak-anak nelayan di sana. “Setiap hari perpustakaan ini ramai dikunjungi, kalau cuaca tidak hujan tidak kurang dari 60 anak-anak ke sini untuk membaca dan belajar,” kata ketua pengelola perpustakaan di desa setempat, M Farid, Selasa (11/10) seperti dilansir kemendagri.go.id.

Menurut dia, adanya perpustakaan desa menambah minat baca anak-anak di desanya. Ditambah anak-anak tersebut mendapatkan pelajaran tambahan berupa pelajaran komputer dan bahasa Inggris dari pengelola perpustakaan ini. Setiap harinya secara bergiliran mulai pagi dan siang hingga sore anak-anak di desa ini menyempatkan waktunya untuk membaca dan belajar di perpustakaan tersebut.

Dibantu dua rekanya, M Farid secara sukarela setiap hari menemani anak-anak nelayan belajar. Sesuai jadwal pun anak-anak nelayan diajarkan pelajaran bahasa Inggris dan komputer dari pengelola perpustakaan. “Komputer berupa laptop ada 15 unit untuk belajar anak-anak di dapat dari bantuan sejumlah pihak,” katanya.

Terasa benar, bahwa senyatanya bukan minat baca anak Indonesia yang rendah, namun minimnya buku bacaan yang membuat mereka tidak membaca. Hal ini juga dialami oleh anak-anak nelayan di desa nelayan Muara Gadingmanis.

Persis seperti dikatakan Farid, bahwa meskipun minat belajar dan membaca anak-anak di desa ini cukup tinggi sayangnya tidak sebanding dengan jumlah buku yang tersedia di perpustakaan.

Farid menyebutkan, jumlah buku yang tersedia di perpustakaan tersebut baru ada sekitar 100 buah. Buku-buku itu berasal dari sumbangan Badan Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi Daerah Kabupaten Lampung Timur. “Jadi kami masih kekurangan jumlah buku untuk menambah koleksi,” ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Desa Muara Gadingmas, Wahono, mengatakan gagasan membangun perpustakaan berawal dari keperihatinannya melihat banyak anak-anak di desanya yang putus sekolah dan minim kegiatan ditambah minim minat membaca.

“Kebetulan perpustakaan menjadi program kami. Karena kami melihat minat baca anak-anak di sini minim, dan diusulkan untuk dibangun. Jadi perpustakaan ini dibangun pada 2014 berasal dari bantuan dana CSR dari sebuah perusahaan migas, dan secara resmi mulai dibuka sejak Mei 2016 ini,” katanya.

Adanya perpustakaan itu, lanjutnya, bertujuan untuk menumbuhkembangkan gemar membaca anak-anak nelayan di desanya dan memberikan keterampilan lainya. Ia menjelaskan, resep mengajak anak-anak agar mau mengunjungi perpustakaan dengan meminta perangkat desa mengimbau warganya agar anak-anaknya mau belajar dan membaca di perpustakaan.

“Dan untuk merangsang anak-anak menjadi gemar membaca, anak juga diberikan kursus bahasa Inggris dan komputer secara gratis,” ujar Wahono sembari berharap, pemerintah dan pihak-pihak yang peduli dapat memberikan tambahan koleksi buku dan sarana penunjang lainnya di perpustakaan desa yang dimpinnya. (Sulaiman)

Related Posts

1 of 2