Puisi Muhamad Arifin
ZIARAH PAGI
kemanakah arah sunyi mendiami tafsiran
atap yang retak tingkapjendela menyulur
memberi ingatan untuk kembali pulang
layar jum’at dikisahkan
sebelum menjadi riwayat debu
pada kefanaan waktu—nafsu mencerca kabut
pada jalan menuju rumah semesta
liku-liku menuju bukit peraduan
ziarah pagi sebelum terlambat merestu mimpi
pada garis sajadah yang menganga
menghidupkan jelaga pada layar sunyi
membersihka pertanyaan—menuju
rumah dua nisan kain kafan
kesendirian dalam dua lapis saga alam
Semarang 2017.
WAJAH BURUNG KENARI MENCARI MATA HATI
inikah kisah yang menidurkanmu
daun senja mengajakmu menari
membicarakan air mata terbenam
dari percakapan hati membawa lari
burung kenari pohon jati
menjulang menertawakan terik
jalanan menuju pulang
wajah-wajah sepucuk meriam
meledak!
dua menara dari saku penyair
melukiskan kegelisahan sebelum ajal
yang memberi naskah api dan puisi
apakah ada—menemukanmu
dari balik layang-layang melintang
kenari dari desa
berjalan memeluk tinta kota
sebelum riwayat menjadi murka
garis waktu meraba pada semesta
adakah senyum dari mautnya rasa duka
ada saja langit
beristirahat melipatmu dalam keranjang
diam-diam menunggu pagi
terjaga dari suguhan mimpi
Semarang, 2017.
AMANAT SEBUAH PERPISAHAN
tentu kau masih berlagu
pada sayap juga selendang merahmu
yang hendak mengajak angin bercumbu
pada musim—yang membatik waktu
kau boleh saja menangis
sebelum garis itu mencoba menepi
menghantui ranjang dan pintu rumah
juga halaman rumah membasah
dalam istirah wujud api pasrah
senandung percakapan—terpisah antara jeda
sebelum kuminta untuk bertamasya
membuat parabola dititik temu
kisah hatimu—yang lama kemudian
aku menenun arsiran gerimis
demi menghangatkanmu dalam lagu puisiku
sebelum lepas dalam tali perpisahan kesunyian.
Semarang, 31 Oktober 2017.
Muhamad Arifin, lahir pada 21 April 1998 di dusun Domas, Desa Kenteng, Toroh, Grobogan, Jawa Tengah. Alumni Pondok Pesantren Al-anwar Mranggen Demak, Mahasiswa Ilmu Komunikasi USM. Bergiat di Forum Komunikasi Mahasiswa Islam USM. Puisinya tersiar di berbagai media cetak , Radar Mojokerto, Tribun Bali. Buku kumpulan puisi bersama Memo Anti Terorisme (2016)Memo Anti Kekerasan Terhadap Anak (2016) Aquarium & Delusi 1000 Penyair Terpilih Nusantara penulis buku tamu Gunawan Maryanto (2016).dalam waktu dekat ia akan menerbitkan buku tunggal.