Puisi
Gagal, Kehendak Doa, Beban Hilang dan Menggurat
Published
2 years agoon
Perempuan Penikmat Kesedihan. (Foto: Dok. Photoshop Creative)
Gagal, Kehendak Doa, Beban Hilang dan Menggurat
Puisi karya Buday AD
Gagal
Malam ini kita bercumbu dengan sepatah doa
Menempuh nasib yang melanda
Membawa kaku untuk maju
Pada perihal ber batu.
Janda muda tak dapat kerja
Anak yatim yang nelangsa
Memikirkan masadepan ber aroma surga
Namun apalah daya harta tak bisa menjata.
Kini !
Bunga-bunga yang diimpikan
Gugur dimusim kemarau
Merisaukan pikiran
Ketika harapan gagal tergenggam.
Lubsel, 2019
Kehendak Doa
Apa yang kau lakukan tentang hari yang akan datang semenjak kau pergi menuju jalan yang sempat kau tempuh tanpa batu.jangan menyesal karena kita sudah ada yang mengatur,lebih baik jalani jalan yang kau inginkan dari pada karang di lautan menusuk pada nelayan.Sebentar lagi aku berpikir dari masalah masalah yang mengalir dan suntuk di hilir.namun,air masih saja bersih dari bakteri yang pasti menetes di kelopak melati,semoga saja begitu.harapan,cita cita sudah ada pada diri manusia untuk mengapai sebuah bunga yang jarang di dapati semut yang tak mandi di sungai doa.tanam-tanaman memberikan ke sejukan pada tubuh yang kerontang,sebab cita-cita sepanjang jalan.
Annuqayah 2019
Beban Hilang
Sekarang musim bunga yang tertanam seorang pecinta.Di jalan penuh senyum memekarkan hati dari dulunya layu,menyegarkan tubuh pada langit yang biru.Terhias bintang pada malam menghadirkan belahan purnama.Semenjak kau hadir menenangkan isi dada dari sekuntum bunga menyuguhkan senja direstu seorang bunda.
Tak perlu seberapa banyak peluhmu kepada dia,ketika musim tak mendapatkan restu ibu,membuatmu sia-sia menanam mawar dimusim kemarau.”Pada hakikatnya arti kebahagiaan itu hilang dari masalah yang menjadi beban akan terwujudnya impian.”
Annuqayah 2019
Menggurat
Tetangga-tetangga sedang resah
Sedangkan api tak kunjung redah
Dari lidah seorang pemarah
Membakar hati dengan suara yang melipat dahi?
Menjadi gelombang
Di telinga anak-istri.
Sementara sorang petani menggurat dengan kegelisahannya sendiri
Sedangkan padi padi tak tumbuh
Hama-hama merindu
Membebani perut pada beras yang kusut.
Senang sudah di tabung
Agar untung mesulam dikemudian waku
Hingga air mata menjadi pengalir luka disetiap sawah.
Annuqayah Lubsel 2019
You may like
Puisi Kebangsaan Pukau Ribuan Penonton IRAW Tidung Borneo Bersatu 2020
Kupakai Cinta Dalam Munajat, Puisi Puisi Pandika Adi Putra
Cerita Sepertiga Malam, Sajak-Sajak Sholehah Sa’baniati
Lora, Surat Kecil Untuk Kanjeng Nabi, dan Buah Karya Rifqi As
Surat Tunggal Kepada Perempuan Tanah Garam dan Puisi Karya Rifqi As
Cermin, Hidup Tak Bernyawa
Terbaru
Mengenal Sayuran Kangkung Bagi Kesehatan
NUSANTARANEWS.CO – Mengenal sayuran kangkung bagi kesehatan. Bagi masyarakat Indonesia, tentu sudah tidak asing lagi dengan sayuran yang bernama kangkung?...
IMF Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Menurun di Tahun 2021
NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – IMF prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun di tahun 2021. Baru-baru ini Dana Moneter Internasional (IMF) merevisi kembali...
Bunda Rita Tetap Dekat Saat Menyapa Warga
NUSANTARANEWS.CO, Ponorogo – Bunda Rita tetap dekat saat menyapa warga. Wakil Ketua Bidang Ekonomi DPC PDI Perjuangan Kabupaten Ponorogo, Hj....
Kirim 2 Ton Paket Bantuan, Demokrat Jatim Kirim Bantuan Kemanusiaan Korban Gempa di Malang
NUSANTARANEWS.CO, Surabaya – Kirim 2 ton paket bantuan, Demokrat Jatim kirim bantuan kemanusiaan korban gempa di Malang. Untuk membantu pemulihan korban...
Terbesar Se Indonesia, AMPI Jatim Gelar Youth Esports Tournamen 2021
NUSANTARANEWS.CO, Surabaya – Terbesar Se Indonesia, AMPI Jatim gelar Youth Esports Tournamen 2021. Sebanyak 14 ribu lebih peserta dari seluruh...