Lintas NusaTerbaru

Kelompok Radikal Persis Pencuri dan Bisa Lebih Pintar Dari Polisi

Wakil Presiden RI Jusuf Kalla/Foto nusantaranews via republika
Wakil Presiden RI Jusuf Kalla/Foto nusantaranews via republika

NUSANTARANEWS.CO – Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) kembali mengangkat radikalisme dan terorisme di forum International Meeting on Counter Terrorism (IMCT) and 2nd Counter Terrorism Financing Summit di Nusa Dua, Bali, Rabu (10/8). Radikalisme dan terorisme disebut tidak timbul karena faktor agama melainkan karena rasa putus asa, kemarahan, dan kemiskinan. JK menyampaikan hal ini sesuai dengan asal-asal lahirnya radikalisme dan terorisme.

Karena itu, dalam forum khusus membahasas strategi menangkal aksi radikalisme dan terorisme tersebut, JK mengemukakan ekspektasinya kepada para hadirin.

Adapun harapan yang JK sampaikan adalah supaya negara-negara (yang hadir di forum) benar-benar memahami akar persoalan yang ada. Dengan tujuan tak lain demi teratasinya berbagai teror yang terjadi di banyak negara selama ini.

Dalam pada itu, karena sudah jelas salah satu faktor pemicu lahirnya radikalisme adalah invasi satu negara ke negara yang lain, maka JK juga menyerukan supaya negara-negara yang melakukan invasi tersebut harus memulihkan kondisi negara yang digempur. Selanjutnya, perlu juga memperhatikan pola-pola baru aksi teror misalnya di Nice, Prancis yang pergerakannya benar-benar tidak terdeteksi.

Baca Juga:  Washington Reiterates Its Support to the Territorial Integrity of the Kingdom of Morocco

“Karena itu maka kita bersatu di sini untuk melihat secara jernih permasalahannya. Jangan ada negara besar menginvansi negara-negara lain hanya dengan alasan tidak benar. Kelompok radikal sama dengan pencuri, kadang lebih pintar dibanding polisi. Kalau dihalangi, mereka mencari cara yang lebih mudah lagi. Siapa yang mengira bakal pakai truk? Sebelumnya siapa yang mengira bakal pakai pesawat,” sambung JK.

Gerakan radikal yang lahir karena pemahaman yang salah pun perlu ditangkal. Misalnya, para pelaku teror yang berani melakukan bom bunuh diri itu terjadi karena salah mengartikan ajaran agama.

“Kita kenal teroris radikal, kemudian membunuh orang. Apa kemudian yang mau dicapai? Sederhana sekali, mereka ingin mencapai paradise. Intinya adalah shorcut paradise yang diajarkan,” Terangnya sekaligus mengakhiri. (Sule/Red-02)

Related Posts

1 of 41