Review Film (Salesman, 2016)
Oleh: Denny JA
Mengapa lelaki bisa masuk ke kamar mandi? Apakah ia mengenali wajah lelaki itu? Apa saja yang dilakukan lelaki itu di kamar mandi? Keterangan Rana tak pernah tuntas. Awalnya Emad berupaya empati. Namun akhirnya ia marah karena tak pernah jelas apa yang sebenarnya terjadi. Egonya sebagi lelaki dan suami sangat berguncang.
Ini semua akhirnya menjadi sumber pertengkaran. Namun berdua sepakat untuk tidak melaporkan kisah ini ke polisi. Di tangan polisi Iran kala itu, mereka kuatir akan berkembang gosip dan isu baru yang justru membuat buruk situasi.
Problem berikutnya datang ketika diketahui lelaki yang masuk itu meninggalkan uang. Rana mengira itu uang dari suaminya, Emad. Uang itu sudah dipakai Rana berbelanja.
Tapi Emad tak pernah meletakkan uang di sana. Emadpun berspekulasi ini uang lelaki yang masuk ke kamar mandi, yang seolah membayar kepuasan atau rasa bersalah. Konflik Emad dan Rana semakin menjadi.
Selanjutnya film menjadi kisah detektif mencari siapa lelaki yang masuk itu. Ada dua jejaknya. Pertama, pelat mobil yang diparkir di dekat rumah walau kemudian mobil itu menghilang. Kedua, jejak darah di tangga yang mungkin berasal dari kaki lelaki yang terluka ketika peristiwa di kamar mandi.
Emad mencari jejak itu dengan bantuan pihak lain yang bukan polisi resmi.
Ujung dari pencarian itu sebuah kejutan dan kembali memunculkan dilema moral. Lelaki yang masuk ke kamar mandi itu ternyata lelaki tua berpenyakitan. Lelaki itu sangat disayang keluarganya, tempat keluarganya bergantung. Dan lelaki tersebut ternyata pelanggan dari pelacur yang tinggal di apartemen itu sebelumnya.
Emad dan Rana bertengkar hebat soal apakah lelaki tua itu perlu dipermalukan di depan keluarganya sendiri. Lelaki itu mengaku mengira Rana yang di kamar mandi pelacur langganannya. Ia tak tahu jika pelacur itu sudah pindah. Ia memohon agar kisahnya jangan diungkap di depan keluarganya. Penyakit jantungnyapun kambuh.
Ujar Emad, keluarganya perlu tahu siapa ia sebenarnya. Ia bejad dan tak layak mendapatkan respek keluarganya sebesar itu. Ujar Rana, motifmu bukan lagi melindungiku tapi samata balas dendam dan ego kelaki-lakianmu terganggu. Ia tak sejahat yang kau duga.
Dalam film kita menyaksikan bercampurnya peran Emad dalam teater dan dalam kehidupan nyata. Kadang kisah dalam kehidupan nyata, oleh Emad dimasukkan ke dalam teater sehingga ucapannya berbeda dengan skenario asli. Kadang perannya di teater selaku lelaki yang penuh ilusi mempengaruhi pula lakonnya dalam kehidupan nyata selaku suami.
Namun Emad menghadapi hidup yang tak lagi mudah. Selaku kepala rumah tangga ia tak bisa terlalu dominan lagi. Ia hidup di masyarakat Iran yang juga mulai berubah, dimana peran istri juga semakin menentukan.
Retak trust suami istri di apartemen yang baru itu memang lebih sulit diatasi ketimbang retaknya dinding apartemen mereka yang lama. *** (Habis)
Baca: Trauma Yang Meretakkan Asmara (Part I)
Editor: Achmad Sulaiman