NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Dewasa ini diskursus mayoritas dan minoritas di Indonesia kian mengalami penyubliman makna (bias). Dengan kata lain, istilah minoritas tak lagi berkonotasi sebagai pihak yang selalu tertindas, sebaliknya dalam praktinya justru fenomena minoritas menindas mayoritas semakin kentara.
Dalam wilayah ekonomi misalnya, kepemilikan kekayaan oleh segelintir orang mampu mengakuisisi kekuasaan sehingga menindas kelompok yang secara kuantitas ia ‘mayor’ (besar). Karenanya, Direktur Eksekutif Global Future Institute (GFI) Hendrajit mengungkapkan bahwa istilah kelompok minoritas sudah tak lagi relevan di negeri ini.
“Sudah tidak relevan lagi istilah kelompok minoritas, karena sudah menguasai perekonomian dan sekarang menguasai politik dengan uangnya meskipun diperoleh dengan cara merampok seperti BLBI,” ujar Hendrajit melalui pesan singkat kepada Nusantaranews, Sabtu (6/5/2017) di Jakarta.
Penulis buku Perang Asimateris ini menilai bahwa fenomena kelompok minoritas yang menindas mayoritas dengan kekuatan ekonominya mampu membeli kekuasaan (politik). Dirinya menyebut gejala ini sebagai bentuk tirani minoritas.
“Inilah yang disebut tirani minoritas, sayangnya yang mayoritas tidak menyadarinya bahkan saling berantem antar mereka hanya karena dukung mendukung yang minoritas,” terang dia.
Pewarta/Editor: M. Romandhon