NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Anggota Badan Tim Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi, Laksda TNI (Purn) Dadang Irawan melihat banyak ketimpangan ekonomi nasional. Dirinya mengkritisi bahwa berbagai pembangunan yang diklaim pemerintah dinilai tak memiliki keberpihakan terhadap ekonomi nasional.
Banyak aspek kemunduran dalam pemerintahan Indonesia beberapa tahun terakhir. Mulai dari aspek sosial, politik dan ekonomi. Menurut dia, selama kepemimpinan Jokowi-Jusuf Kalla banyak kaedah kaedah norma umum yang ditinggalkan.
Baca juga: Janji Sandiaga, Mengatasi Ketimpangan Ekonomi Nasional
“Yang kita inginkan pembangunan Indonesia, bukan pembangunan (asing) di Indonesia. Dan kita jadi penontonnya,” kata Dadang saat hadiri deklarasi dukungan kepada Paslon nomor urut 02 di kawasan Jakarta Pusat, Sabtu (17/11) malam.
Dia menjelaskan pemerintah sekarang tampak melakukan pembiaran terhadap negara lain yang melakukan pembangun di Indonesia. Sehingga rakyat menjadi penonton.
Baca juga: Infid: Ketimpangan Sosial di Indonesia Meningkat
“Kita pembangun adalah untuk menegaskan bahwa untuk menjadi tuan di negeri sendiri, bukan menjadi kuli di negeri sendiri,” sambungnya.
“Jadi sebenarnya kita bukan anti asing, tetapi kita itu sebenarnya menginginkan bahwa kerjasama atau perekonomian asing jangan mendominasi perekonomian nasional. Itu yang kita inginkan,” terangnya.
Baca juga: Tiga Sukses Semu Ekonomi Jokowi
Baca juga: Keberpihakan Ekonomi Semakin Menyimpang dari Ekonomi Konstitusi
Dadang juga menyinggung perihal janji pemerintah yang akan membuka lapangan kerja 10 juta, tapi faktanya, kata dia, tidak ada. Sebaliknya yang datang, justru tenaga kerja dari Cina.
“Mending yang datang yang pinter-pinter, ini yang datang yang pekerja kasar. Itulah yang membuat kita berkumpul di sini, membahas tentang kondisi sosial, politik dan ekonomi,” kata dia.
Baca juga: Cita-cita Kemerdekaan Dinilai Tercegat Oleh Melebarnya Ketimpangan Ekonomi dan Kemiskinan
Dengan kepemimpinan nanti kedepan, dirinya berharap bisa membangun keterpaduan sosial. Pasalanya, dewasa ini, kata dia, “Dalam politik kita mengalami kemunduran demokrasi. Jadi disini kita ingin perubahan,” tegasnya.
Pewarta: Romadhon
Editor: Almeiji Santoso