Opini

Tatanan Dunia Baru Pasca Covid-19

transparansi fiskal, transparansi global, rezim transparansi global, transparansi keuangan, transparansi perbankan, panama papers, keuangan inklusif, penghindaran pajak, pengemplangan pajak, rezim pajak, rezim keterbukaan, keterbukaan informasi, program aeol, nusantaranews
Transparansi merupakan masa depan dunia. (Foto: Ilustrasi/IStock)

Tatanan Dunia Baru Pasca Covid-19

Oleh: Priyo Anggoro, Dosen Universitas Nahdlatul Ulama Al Ghazali (UNUGHA) Cilacap

Mungkin tulisan ini dianggap terlalu dini memproyeksikan masa depan di tengah terjangan wabah yang masih melanda sebagian besar bangsa di dunia. Tapi, dengan wasilah tulisan ini, penulis sedang membangun semangat optimisme yang tinggi. Seperti China, yang sudah move on dan menyerukan kemenangan melawan virus Corona.

Covid-19 adalah wabah penyakit yang mengguncang perekonomian dunia pada abad ini. Hanya dalam hitungan minggu, jutaan orang di Kawasan yang terkena dampak ‘serangan’ Covid-19 makin terbiasa mengenakan masker, sering kali mencuci tangan, maupun mencuci makanan secara teliti sebelum dimakan/dimasak, menyimpan kebutuhan pokok, membatalkan pertemuan sosial dan bisnis, membatalkan rencana perjalanan, dan bekerja dari rumah.

Dengan gencarnya kampanye pencegahan dan menghindari meluasnya penularan Covid-19 ini setidaknya ada perubahan pola “menjaga kesehatan” di dalam masyarakat dunia. Terkhusus masyarakat Indonesia.

Bahkan di negara-negara dengan kasus infeksi yang relatif sedikit, juga mengambil langkah serupa sebagai tindak pencegahan. Jejak-jejak kebiasaan seperti ini akan bertahan lama, bertahun-tahun setelah Covid-19 teratasi, dan pasti akan mengurangi banyak permintaan (demand) pada beberapa barang dan jasa.

Di sisi lain, pada tingkatan penawaran (suplai), pabrikan-pabrikan berskala internasional akan dipaksa memikirkan kembali perihal di mana akan membeli bahan baku dan memproduksi barang-barang mereka. Sesuatu yang akan mempercepat pergeseran dan perubahan sosial, setelah perang dagang AS-China, setelah ditemukannya kelemahan, dari sebab hanya mengandalkan satu sumber saja, sebagai dasar komponen-komponen produk.

Pengaruh pertama ada di dunia kerja terutama sektor formal atau perkantoran yang memiliki badan hukum, saat tempat kerja telah menambah opsi baru yaitu melakukan digital working dan shift kerja. Kebiasaan kerja seperti ini tentu akan mengantar ke satu era baru, di mana pekerjaan yang dikerjakan dari rumah merupakan bagian yang efektif dari perusahaan.

Baca Juga:  Seret Terduga Pelaku Penggelapan Uang UKW PWI ke Ranah Hukum

“Begitu kebijakan “kerja-dari-rumah” ternyata cukup efektif diterapkan, maka makin banyak orang yang akan memilih untuk sebisa mungkin bekerja dari rumah (tanpa harus ke kantor)” kata Karen Harris, direktur pelaksana konsultasi Bain’s Macro Trends Group di New York.

Akan tetapi, beberapa pekerjaan di sektor informal seperti pertanian, perkebunan, peternakan, nelayan, driver transportasi massa, buruh pabrik dan buruh harian lepas agaknya akan tetap berjalan seperti biasa. Tanpa ada perubahan yang berarti. Karena pekerjaan jenis ini, pada saat sekarang hanya efektif dan efisien bila dikerjakan dengan mendatangi tempat kerja, seperti pabrik, ladang dan sawah secara langsung. Pekerja atau buruh di sektor ini pun, saat gembar-gembor isu Covid-19 masih tetap ada yang bekerja dan tidak meninggalkan posnya.

Data BPS Februari 2019 menunjukkan, persentase tenaga kerja sektor formal 42,73 persen. Sektor informal masih lebih mendominasi yakni 57,27 persen dari total 127 juta jiwa tenaga kerja yang ada di Indonesia. Sehingga perubahan sosial cara kerja, di dunia kerja informal masih belum terdapat pengaruh yang signifikan akibat wabah Covid-19 ini.

Kedua, perubahan di dalam sektor pendidikan akan terjadi perubahan yang dahsyat. Kampus-kampus dan sekolah-sekolah pun mulai memperkaya pengajaran dan pelajaran secara online, agar bisa diakses tak hanya dari rumah-rumah, namun juga oleh mahasiswa-mahasiswa atau pelajar-pelajar dari luar pulau bahkan luar negara. Ini akan meningkatkan inovasi di bidang pengajaran online dalam berbagai sisi.

Baca Juga:  Rezim Kiev Terus Mempromosikan Teror Nuklir

Ketiga, pada sektor pariwisata juga mengalami pukulan paling dramatis. Begitu banyak penerbangan, kapal penyeberangan, kapal pesiar, hotel, restoran dan jaringan bisnis wisata yang berkurang omzetnya secara sangat signifikan. Di seluruh dunia, 1 dari 10 orang bekerja di sektor yang berhubungan dengan pariwisata. Perlu waktu yang lumayan lama supaya sektor ini pulih seperti sedia kala.

Keempat, dampak dari wabah Coronavirus ini tentu saja telah mengubah kebijakan ekonomi begitu banyak negara, dengan mengubah target pertumbuhannya, dan mengalokasikan anggaran-anggaran di sektor lain untuk penanganan wabah, dan peralihan anggaran keuangan ke sektor bantuan-bantuan ekonomi langsung seperti yang selama ini ada pada program PKH, kepada mereka yang terdampak langsung secara ekonomi, utamanya rakyat kecil.

Tahun-tahun mendatang, pemerintah dari berbagai negara akan menganggarkan APBN nya untuk mencegah dan mengantisipasi mewabahnya penyakit-penyakit, dan ini juga akan mengurangi anggaran di sektor lain.

Kelima, higienitas (pola hidup sehat) juga sedang menjadi prioritas utama banyak pihak, baik pemerintah, pihak swasta dan masyarakat umum. Negara-negara seperti Indonesia, Singapura dan Korea Selatan dan banyak negara lain akan segera menerapkan standar-standar baru higienitas yang akan diberlakukan dan wajib dilaksanakan semua pihak.

Keenam, wabah ini juga telah membuat semua negara memperketat perbatasannya, cakupan asuransi kesehatan, serta pendataan sensus penduduk yang juga memetakan sebaran pola hidup,pola konsumsi makanan dan potensi penyakit endemik yang biasa terjadi di suatu daerah. Tentu dengan pola dan cara baru dan berbeda.

Bahkan di Cina, badan legislatifnya telah memberlakukan larangan total terhadap perdagangan dan konsumsi hewan liar, menyusul beberapa temuan para ilmuwan yang meskipun masih diperdebatkan oleh seluruh ahli di dunia, bahwa virus Corona yang mematikan bermigrasi dari hewan ke manusia. Peraturan kebersihan tambahan yang ketat diharapkan mampu nerubah pola hidup sehat yang ada selama ini.

Baca Juga:  Drone AS Tidak Berguna di Ukraina

Ketujuh, perdagangan online atau belanja online juga akan makin digemari oleh seluruh lapisan masyarakat. Apalagi dengan banyaknya diskon dan kemudahan transaksi, serta meminimalisir biaya pengeluaran. Karena biasanya konsumen langsung berhubungan dengan pedagang besar/grosir. Hal ini tentu saja akan mengurangi masyarakat yang berkunjung ke mall atau pasar tradisional.

Kedelapan, dimulai dari negara-negara maju, nantinya rumah-rumah sakit akan menerapkan konsultasi kesehatan secara online, untuk menghindari kerumunan di ruang tunggu dan kamar-kamar pasien. Resep-resep akan diberikan secara online, termasuk tutorial cara memasang infus, bahkan obat-obatan dari resep dokter akan diberikan melalui online, dan obatnya dikirim melalui jasa kurir.

Akhirnya, pada suatu hal yang mendasar, makin banyak orang yang bersedia lebih memilih untuk di rumah bersama keluarga atau tetangga-tetangga terdekat, karena kebijakan bekerja di rumah, atau bisa jadi, belajar dari rumah.

Jika proyeksi pasca Covid-19 ini benar terjadi, tentu bisa menjadi pola hidup baru dan dapat dipastikan jalanan makin lengang, kemacetan akan berkurang secara signifikan, konsumsi BBM akan turun, subsidi BBM juga akan turun, belanja online makin booming, pesan makan online pun akan mengalami hal yang sama. Sebuah dunia baru yang sama sekali berbeda dengan yang lama, akan kita temui.
Maka persiapkan segalanya menyambut dunia baru yang terdisrupsi kembali pasca merebaknya wabah Covid-19 ini.

Related Posts

1 of 3,051