Oleh: M.D. La Ode, Penulis adalah Sekjen DPP FBN RI dan Ahli Politik Etnisitas
Kini Indonesia dalam multi dimensi gangguan dan bahaya. Menurut Ketahanan Nasional bahwa “negara sebagai bangun organik, bagai tubuh manusia” (Mayjen TNI Syamsul Huda dan Mayjen TNI Maini Dahlan dari Lemhannas, 1998). Apabila satu bagian tubuh yang sakit maka menjadi beban seluruh tubuh manusia. Ini persis dengan organik negara apabila satu Provinsi mengalami gangguan maka menjadi beban nasional. Inilah substansi kesatuan utuh nasional yang masuk lingkup Bela Negara, dilakukan Pertahanan Negara melalui TNI, Intelijen, dan Polri (aparatus Kamnas) dalam siklus 24 jam secara konsisten.
Indonesia dari hari ke hari berhadapan dengan multi dimensi gangguan dan bahaya. Bahkan bobotnya diperkirakan semakin menekan kemampuan pertahanan negara untuk menghindari gangguan Covid-19 (dirubah Donald J. Trump dengan: Virus Cina -19), krisis pangan, National Chaos, serta Makar dan Kudeta.
Virus Cina-19
Virus Cina-19 berasal dari Wuhan, Cina, kini telah tersebar di 135 negara di Dunia. Virus Cina-19 ini menjadi bencana bagi ummat manusia di Dunia. Menurut sumber dari John Hopkins University dan Medicine bahwa “Indonesia naik menjadi tingkat persentase kematian nomor 1 di Dunia akibat Virus Cina-19” yakni 8,370 %. Hampir tiga kali besaran akibat Virus Cina-19 di Dunia= 5.408:145.005= 3.730 %. Lima negara dengan persentase kematian terbesar di Dunia akibat Virus Cina-19 yakni Indonesia= 19:227= 8,370 %; Italia= 1.266:17.660= 7,169 %; Iran= 514:11.364= 4,523 %; Cina Komunis= 3.180:80.945= 3,929 %; Jepang= 21:725= 2,990%. Kasus Virus Cina-19 di Indonesia menurut lima provinsi tertinggi: DKI, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, dan Kalimantan Barat. Indikasi ini menunjukkan adanya bencana nasional telah terjadi akibat Virus Cina-19. Ini terkait langsung dengan keselamatan nyawa semua warga negara Indonesia. Jadi metode penangananya wajib merujuk pada Pancasila yakni “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Jadi mengikuti ideologi Nagara Pancasila paling tepat. Padananya lockdown rujukan lainnya mustahil, benar.
Krisis Pangan
Jika wabah Virus Cina-19 hingga tiga bulan ke depan tidak dapat dihentikan di seluruh Dunia, khususnya di Indonesia yang memiliki “limited national character” bisa krisis pangan. Ini bukan akibat rakyatnya, melainkan disebabkan oleh elite politik nasional yang masih kurang mampu menegakkan identitas nasionalnya sebagai bangsa merdeka. Contohnya hingga saat ini masih memilih hubungan dependent dengan bangsa lain, Cina Komunis. Di Era Presiden Jokowi, Indonesia sepertinya memilih dependent dengan Cina Komunis. Padahal kalau mau membangun kekuatan nasional, sumber daya alam, sumber daya nasional, sumber daya manusia, dan kondisi alam, semuanya mendukung untuk menjadi maju dan tangguh sejajar dengan Amerika Serikat, Jepang, Russia, Korea Selatan, dan Cina Komunis. Limited national character ini dalam serangan Virus Cina-19, perkiraan nomor satu untuk terjadi adalah faktor krisis pangan.
National Chaos
National Chaos sangat mudah terpicu bila faktor utamanya krisis pangan dan air bersih. Jika wabah Virus Cina-19 tidak berhasil ditanggulangi oleh Kementerian Kesehatan hingga 90 hari ke depan dengan tetap tidak melakukan kebijakan efektif di antaranya lockdown, karena terlalu kuatnya pengaruh ECI dan Cina Komunis kepada Pemerintah Indonesia, maka sukar bagi pemerintah untuk menghindari National Chaos.
Makar dan Kudeta
Niat makar dan kudeta sudah jelas melalui gugatan UUD 45 Palsu yang diajukan dr. Zulkifli S. Ekomei di PN Jakpus. Pada gugatan itu bisa dipahami sebagai gugatan resmi. Namun setelah dianalisis secara mendalam, di balik itu tampak jelas ada implikasi makar dan kudeta. Kemungkinan pelakunya ada dua “kelompok konspirasi politik” dan “kelompok konspirasi mafia peradilan”. Peran ini bisa dipahami tanpa sepengetahuan dr. Zulkifli S. Ekomei. Mengikuti alur pikir implikasi itu, maka kedua “kelompok konspirator” itu memungkinkan sudah bekerja keras guna meyakinkan Majelis Hakim yang memeriksa materi gugatan dr. Zulkifli S. Ekomei untuk menerima seluruhnya. Saat Majelis Hakim mengetok palu “Tok”! Gugatan Zulkifli S. Ekomei diterima seluruhnya, maka secara simultan kekuasaan Presiden RI dan Wakil Presiden RI lumpuh. Di saat inilah makar dan kudeta mulai bekerja efektif mencapai tujuannya.
Multi dimensi gangguan dan bahaya nasional di atas, berada dalam lingkungan strategis (Lingstra) Etnis Cina Indonesia (ECI) yang menguasai ekonomi nasional, hegemoni politik kepada Pemerintah RI, geografi, Sumber Daya Alam (SDA) dan sosial budaya serta Cina Komunis juga memiliki hegemoni kuat terhadap Pemerintah RI. Buktinya hingga saat ini Pemerintah sudah mengetahui betapa gangguan dan bahaya Virus Cina-19 sudah memperlihatkan persentase gangguan dan bahaya terbesar di Dunia (8,370 %). Namun Pemerintah Indonesia belum melakukan kebijakan efektif, lockdown.
Krisis pangan segera menyusul bila tekanan USD terhadap rupiah terus melemah. Tanggal 19 Maret 2020 nilai tukar Rp. 16.135,00/USD. Fenomena ini menggambarkan untuk terjadinya national chaos. Dalam teori konflik, national chaos mengarah kepada menyalahkan pemerintahnya, sebagai akibat perbedaan antara kenyataan, janji pemerintah, dengan harapan rakyat. Situasi ini merupakan entry point bagi dua “kelompok konspirasi politik” dan “kelompok konspirasi mafia peradilan” untuk bekerja melakukan makar dan kudeta terhadap Presiden Jokowi. Secara simultan pula, ECI dan Cina Komunis berniat menganeksasi NKRI dari kuasa Pribumi dalam tempo 2×5 tahun (2019-2029) melalui saluran demokrasi. Satu satunya kebijakan tepat, “isolasi diri” dari interaksi dengan negara lain atau lockdown. Masyarakat bisa diminta menggunakan sumber daya nasional di antaranya jagung, padi, ubi kayu, ubi jalar, sagu, talas, gembili, gaplek, tiwul, sayur mayur, ternak, perikanan, pala, cengkeh, sahang, noreh getah, pinang, kemiri, dan lain seterusnya dari alam Indonesia. Inilah bentuk “kemampuan awal Bela Negara” yang menjadi andalan utama Pribumi Nusantara!
Presiden Jokowi memiliki hubungan erat dengan ECI dan Cina Komunis melalui dua saluran. Pertama, dukungan biaya kampanye dari 9 Naga; kedua, investasi dari Cina Komunis untuk sumbangsih pertumbuhan ekonomi nasional. Akhirnya, bagaimana sikap politik ECI dan Cina Komunis bila Indonesia mengalami multi dimensi gangguan dan bahaya? Hasil penelitian ECI Dalam Politik di Era Reformasi, “bila ada kepentingan Cina Komunis dalam negeri, ECI berpihak kepada Cina Komunis, sedangkan kepentingan Nasional diabaikan”. Ini “ideologi loyalitas kultural terbelah dua” ECI adalah bahaya lainnya. Kini Cina Komunis memiliki kepentingan pengamanan investasi serta TKA Cina Komunis.
Deskritif itu, menjelaskan ECI dan Cina Komunis akan terbagi ke dalam tiga kelompok yakni membela Presiden Jokowi; ikut makar dan kudeta terhadap Presiden Jokowi; dan ikut kelompok netral. Ketiga kelompok itu merupakan desain politik pengamanan ECI dan Cina Komunis di Indonesia. Kelompok mana saja pemenang pertarungan multi dimensi gangguan dan bahaya, dua kelompok ECI dan Cina Komunis lainnya akan selalu aman.