NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA merilis hasil survei terbaru tentang menurunnya minat masyarakat terhadap Pancasila. Survei ini bertajuk Menurunnya Pro Pancasila dan Harapan pada Capres, dirilis pada Selasa (17/7/2018).
Survei dilakukan pada 28 Juni-5 Juli 2018. Metode survei menggunakan multistage random sampling dengan jumlah responden sebanyak 1.200 orang, wawancara tatap muka responden menggunakan kuesioner dan margin of error kurang lebih 2.9 persen.
Menurut survei ini, dalam kurun waktu 13 tahun terakhir masyarakat yang pro Pancasila mengalami penurunan sebesar 10 persen. Adapun rinciannya tahun 2005 pro Pancasila sebesar 85.2 persen, tahun 2010 sebesar 81.7 persen, tahun 2015 sebesar 79.4 persen dan tahun 2018 sudah turun ke angka 75.3 persen.
Baca juga: LSI Denny JA: Partai Gerindra Berpotensi Menang di Pemilu 2019
Survei LSI Denny JA terang-terangan mengungkapkan bahwa dalam kurun waktu 13 tahun terakhir, publik yang menginginkan Indonesia berdasarkan NKRI Bersyariah (Pro-NKRI Bersyariah) terus mengalami kenaikan cukup signifikan dengan rincian tahun 2005 sebesar 4.5 persen, tahun 2010 sebesar 7.3 persen, tahun 2015 sebesar 9.8 persen dan naik di tahun 2018 menjadi 13.2 persen.
Kemudian survei ini menyebut menurunnya pro Pancasila terasa di segmen warga yang berpenghasilan rendah (kurang dari Rp 1 juta) di mana tahun 2005 sebesar 91.8 persen, 2010 sebesar 85.7 persen, 2015 sebesar 79.1 persen dan 2018 sebesar 69.1 persen. LSI Denny JA juga menyebut menurunnya pro Pancasila terjadi umumnya pada warga beragama Islam (20015: 85.6%, 2010: 81.8%, 2015: 79.1% dan 2018: 74.0%).
Baca juga: Kampanye #2019GantiPresiden Lebih Populer Dibandingkan Pamor Jokowi
Tak sampai di situ, menurunnya pro Pancasila juga sudah merambah ke semua level pendidikan di mana tahun 2018 angkanya sudah mencapai 70-an persen dari tahun tahun sebelumnya yang relatif masih berada di angka 80-an persen.
Lalu mengapa pro Pancasila menurun? Jawaban pertama LSI Denny JA ialah karena alasan ekonomi, ketidakpuasan kalangan bawah akibat melebarnya kesenjangan.
Kedua, alasan paham alternatif. Intensifnya paham alternatif di luar Pancasila mampu menarik, terutama warga muslim, kata LSI Denny JA.
Alasan ketiga ialah sosialisasi paham Pancasila yang semakin tidak terosialisasi secara efektif dari masyarakat kepada masyarakat.
Baca juga: 4 Skenario Cawapres Jokowi Menurut Hasil Survei
Namun begitu, mayoritas publik menginginkan calon presiden dan calon wakil presiden pada Pilpres 2019 mendatang yang lebih mewacanakan isu kebangsaan dan kebersamaan serta menghindari munculnya isu SARA. Sebab, sebanyak 64.2 persen masyarakat khawatir terjadinya pembelahan masyarakat atas isu agama pada Pemilihan Presiden 2019 mendatang. (red/nn)
Editor: Eriec Dieda & Banyu Asqalani