NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Sebanyak 27 guru madrasah dikirim ke Korea Selatan (Korsel) oleh Kementerian Agama. Peserta Short Course akan berada di Korsel selama 8 (Delapan) hari untuk menggali pengalaman dan pendidikan di negeri ginseng.
Direktur Jenderal Pendidikan Islam (Pendis) Kamaruddin Amin, mengatakan Study Visit ke Korsel merupakan Penghargaan dan Afirmasi bagi Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah Berprestasi tahun 2017 dan 2018.
“Melalui Short course Ditjen Pendis berupaya memberikan pengahargaan bagi guru dan tenaga kependidikan yang telah berjuang memajukan lembaga pendidikan,” ujar Kamaruddin Amin saat memberikan arahan dalam pelepasan peserta short course di Jakarta, Ahad (28/4).
Kamarudin meminta kepada guru peserta short course untuk mengambil dan mendalami metode pendidikan di Korsel dengan kritis. Menurutnya tidak semua pola pendidikan yang baik di Korsel bisa diterapkan dan sesuai dengan karakter peserta didik di Indonesia.
“Tidak semua pola pendidikan di negara maju, bisa diterapkan dan sesuai dengan karakter negara kita,” ungkap Kamaruddin.
Dikatakan Kamaruddin, guru harus mampu menciptakan dan menanamkan rasa ingin tau peserta didik, sehingga peserta didik daya nalar kritisnya tergali, karena metode pengajaran gurunya menarik dan udate.
“Ciptakan suasana kondusif dan suasana belajar yang berkelanjutan agar anak peserta didik senang belajar,” pungkas Guru Besar UIN Alauddin Makasar.
Sebelumnya Direktur GTK Madrasah Suyitno mengatakan, tujuan dari Short Course di Seoul National University Korsel, upaya Direktorat GTK Madrasah meningkatkan wawasan kolaboratif, pengetahuan, dan keterampilan kepemimpinan madrasah, sistem pelatihan guru bagi peserta dalam meningkatkan pembinaan karier Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
“Pelajari best practice sistem pendidikan di Korea Selatan untuk referensi peningkatan pendidikan madrasah tempat bapak ibu mengajar,” ujar Guru Besar UIN Raden Fatah Palembang.
Suyitno berpesan, bahwa peserta harus memaksimalkan waktu yang sangat singkat ketika mengikuti short course di Korsel. Menurutnya, yang paling penting adalah membangun komunikasi intensif dengan narasumber maupun pihak lembaga pasca kegiatan.
“Serap ilmu yang banyak dan membangun komunikasi jejaring dengan para pengajar di Korsel, selain itu ketika sudah pulang, guru harus mendesiminasikan keilmuan atau pengalaman yang didapat dari korea ketika sudah berada di lingkungan madrasah masing-masing,” pesan Suyitno.
Pewarta: Romandhon