NUSANTARANEWS.CO – Pyongyang ngambek, AS-Korea Selatan tetap gelar latihan militer. Korea Utara sangat menginginkan agar latihan militer Korea Selatan dengan Amerika Serikat (AS) dibatalkan. Pyongyang meluncurkan dua buah rudal balistik jarak menengah terbaru pada Kamis (25/7) lalu, sebagai peringatan terhadap Korea Selatan terkait latihan militer reguler gabungan tersebut.
Namun sumber-sumber yang dekat dengan Kementerian Pertahanan Korea Selatan mengatakan bahwa, negara itu akan tetap melakukan latihan militer gabungan dengan AS mulai Senin mendatang (05/08), dan akan berlangsung selama 16 hari.
Sumber kementerian juga mengatakan bahwa latihan kali ini relatif sederhana dibandingkan latihan-latihan sebelumnya yang melibatkan sedikitnya 15.000 personel militer AS dan 300.000 pasukan Korea Selatan.
Pada bulan Agustus, pangkalan militer Korea Selatan biasanya sangat sibuk. Pesawat komersial dan militer tiba dari seluruh penjuru membawa ribuan personel militer AS. Barak militer penuh pasukan bahkan tumpah ruah ke hotel-hotel terdekat.
Selama lebih dari dua minggu, dari matahari terbit hingga terbenam dan selama larut malam, pangkalan-pangkalan itu biasanya ramai dengan lalu lalang tentara, pelaut, penerbang, dan marinir yang sibuk berlatih untuk kemungkinan perang dengan Utara Korea.
Tahun ini, barak masih kosong akibat penangguhan latihan Ulchi Freedom Guardian (UFG). Latihan militer gabungan ini fokus utamanya adalah mempertahankan Korea Selatan dari serangan Korea Utara. Latihan gabungan ini telah dimulai sejak tahun 1976 dan dilakukan setiap tahun selama bulan Agustus atau September. Kata ‘Ulchi’ itu sendiri berasal dari nama seorang jenderal terkenal Korea bernama Eulji Mundeok, seorang Panglima Tertinggi pasukan Goguryeo.
Selama beberapa dekade, latihan gabungan ini merupakan pilar utama aliansi AS-Korea Selatan dalam kesiapan menghadapi perang dengan Korea Utara.
Korea Utara sendiri memandang latihan-latihan itu sebagai ancaman terhadap negaranya. Terlepas dari itu, Pyongyang ingin segera melihat 28.500 tentara AS meninggalkan semenanjungn Korea.
Penembakan dua rudal balistik jarak menengah ke Laut Jepang oleh Pyongyang, jelas merupakan isyarat kemarahan terhadap Korea Selatan – sekaligus tuntutan terhadap kelanjutan negosiasi nuklir dengan AS.
Meskipun telah melakukan pertemuan langsung antara Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un pada 30 Juni lalu, negosiasi nuklir belum berlanjut kembali.
Sementara sekretaris Negara AS Mike Pompeo mengatakan pada hari Senin bahwa Washington sedang berupaya untuk melanjutkan pembicaraan pada tingkat kerja dengan Pyongyang.
“Kami berharap ada solusi kreatif untuk membuka kunci ini,” kata Pompeo dalam sambutannya kepada Economic Club of Washington D.C.
Namun, Pompeo juga mengatakan bahwa, “ini bukan sanksi AS. Ini adalah resolusi Dewan Keamanan,” katanya sambil menambahkan, “Ini adalah sanksi global yang diterapkan oleh setiap negara, dan karenanya kami hanyalah pelaksana untuk menegakkannya,” tambah Pompeo.
Pompeo juga menambahkan bahwa dirinya berharap untuk segera mengadakan “diskusi tingkat kerja segera kembali” dengan Korea Utara. (Banyu)